Dengan Urban Farming, Masyarakat Bisa Menikmati Hasil Panen Berkali-kali dalam Setahun

416

Baca juga: Perry Warjiyo Bagi 5 Tips buat Freshgraduate yang Akan Masuk Dunia Kerja

Sebagian hasil produksinya Suadi konsumsi sendiri dan sebagian lagi dia sumbangkan untuk canthelan di lingkungan rumahnya.

Kegiatan budidaya ikan, kata Suadi, membutuhkan input yang banyak.

Misalnya, makanan ikan, biasanya makanan tidak sepenuhnya bisa termanfaatkan, karena nantinya pakan dan feses tersebut akan menumpuk di bawah.

Suadi kemudian memasang pompa untuk menyedot air kotor yang sudah mengandung pakan ikan dan feses tersebut. Air kotor yang disedot dialirkan ke lahan vertikultur di pekarangannya.

“Dari kegiatan pertanian pekarangan ini, saya bisa menikmati hasil kebunnya, hasil budidaya ikannya, bisa berbagi kepada sesama yang membutuhkan. Kemudian yang tak kalah penting adalah saya bisa memanfaatkan semua sumber daya yang ada.”

Baca juga: Apa Saja Kunci Penting Memajukan Petani dan UMKM di Kawasan Lahan Gambut?

“Limbah budidaya ikan bisa saya jadikan sebagai nutrisi bagi tanaman dan sisa air di bawah masih bisa manfaatkan untuk tanaman lain,” ujar praktisi urban farming itu.

Berkebun di rumah membuat seseorang harus pandai membagi waktu kegiatannya.

Seperti Suadi, saat pagi hari sebelum pergi bekerja, dia menyempatkan diri untuk merapikan dan menyiram tanaman.

Sepulang kerja antara sore atau malam, Suadi baru meluangkan waktu untuk menyiram lagi dan memastikan bahwa tanamannya tumbuh dengan baik.

Menurut dosen Prodi Manajemen Sumber Daya Akuatik UGM ini, kegiatan urban farming tidak terlalu menyita waktu.

Baca juga: Pendekatan yang Dapat Dilakukan untuk Optimalkan Berbagai Daya Tarik Wisata di Satu Kawasan