Bambang Laresolo: Teh Indonesia Harus Bisa Mengekor Kesuksesan Kopi

1243

Baca juga: Pernyataan Sikap PP PKBTS Pimpinan Guru Besar Fakultas Kehutanan UGM terhadap UU Cipta Kerja

“Teh-teh ini dikembangkan oleh masyarakat lokal dan bisa menggantikan teh impor yang biasa dikonsumsi konsumen di pasar ini,” jelasnya.

Menurut Bambang, produsen teh perlu belajar dari kopi. Sebab, realitanya kopi lebih populer dan masyarakat lebih menghargai kopi dibandingkan teh.

Bisa dilihat dari masyarakat yang rela mengeluarkan banyak uang untuk membeli kopi mahal.

Sementara saat mendapat tawaran untuk membeli teh dengan harga mahal, masyarakat cenderung keberatan.

Di samping itu, para produsen maupun pengusaha kopi juga tampak antusias dalam membahas seputar kopi.

Baca juga: Sertifikasi pada Produk Kehutanan Bisa Jadi Koheren dengan Kepentingan Kapital

Bambang mengungkapkan, sudah banyak sekolah-sekolah khusus untuk mereka yang ingin berkecimpung di dunia bisnis kopi.

“Sedangkan di sini tidak ada sekolah teh. Kalau kita bandingkan dengan Tiongkok, di sana ada perguruan tinggi yang fokus pada pengembangan teh.”

“Di Indonesia barista sudah banyak, tetapi tea sommelier masih sedikit sekali. Selain itu, edukasi terhadap teh juga masih minim di kafe-kafe maupun restoran,” ungkap R&D Director di Lewis and Carroll Tea ini.

Menurut pengalaman Bambang menjelajahi teh di kafe-kafe maupun restoran, para pembuat teh di restoran hotel kurang cakap memeberikan informasi tentang seluk-beluk teh yang dia buat. Bahkan cara membuatnya pun asal-asalan.

Tea sommelier, kata Bambang, harus bisa menghargai dan mengapresiasi teh. Seorang tea sommelier harus dilatih secara profesional, tidak hanya sekadar membuat teh.

Baca juga: Pandemi Covid-19 Jadi Momentum Manusia untuk Kembali ke Fitrahnya