Pendidikan Humaniora Jadi Prioritas Kerajaan Mataram Kuno sejak Didirikan di Temanggung

3126

Baca juga: Dubes Salman Tunjuk Konsul Kehormatan untuk Perkuat Diplomasi Ekonomi Indonesia di Afrika Selatan

Menurut Purwadi, menghormati guru pada masa ini berarti menjunjung tinggi pentingnya ilmu pengetahuan. Sebab, Guru punya tugas yang cukup berat.

“Dikatakan berat karena guru dalam membimbing dan mengajar menghadapi berbagai masalah,” ujar Purwadi.

“Tugas guru adalah mengubah yang tidak tahu menjadi tahu, mengubah yang tidak bisa menjadi bisa, membimbing yang tidak baik menjadi baik,” terang alumnus Fakultas Filsafat dan Fakultas Ilmu Budaya UGM ini.

Dua raja setelah Rakai Pananggalan, yakni Rakai Warak (800-820) dan Rakai Garung (820-840), membawa masyarakat makin mengenal Tuhan.

Salah satu hal yang diajarkan adalah, dengan hatu yang suci, seseorang akan dijauhkan dari segala tindakan yang tidak baik oleh Tuhan.

Baca juga: Kebijakan Hijau pada Minyak Kelapa Sawit Ternyata Tidak Semata-mata untuk Penyelamatan Lingkungan

Beranjak ke tahun 840 saat Kerajaan Mataram dipimpin Rakai Pikatan. Menurut Purwadi, pada era ini Kerajaan Mataram yang ada di Parakan meraih zaman keemasan.

“Sinuwun Rakai Pikatan (Raden Jatingrat) sangat memperhatikan keamanan dan ketertiban negara,” ujar Purwadi.

“Tatkala pasukan dari dinasti Balaputra Dewa menyerang wilayahnya, Rakai Pikatan tetap dapat mempertahankan kedaulatannya.”

“Bahkan bala tentara penyerang dapat dipukul mundur dan melarikan diri ke Palembang Sumatera Selatan,” beber dosen Fakultas Bahasa dan Seni UNY tersebut.

Salah satu peninggalan bersejarah dari Rakai Pikatan yang masih bisa dirasakan hingga sekarang adalah Candi Prambanan (Candi Roro Jonggrang).

Baca juga: Lulusan Magister HI UGM Ini Pilih Bangun Pendidikan di Timor-Leste ketimbang Jadi Staf Kedutaan