
KAGAMA.CO, DILI – Pertemuan dengan seorang Jepang bernama Michio Takahasi menjadi babak penting dalam kehidupan Natalia de Vasconcelos.
Sekitar 2009, Natalia bergabung dengan organisasi yang dipimpin oleh Michio, yakni Timor Nippon Culture Centre – Timor-Leste (TNCC-TL).
Waktu itu, Natalia masih berkuliah di Jurusan Ilmu Politik Universidade Dili.
Perempuan asal Timor Leste ini mau menjadi staf volunter TNC-TL kendati tak mendapat gaji permanen.
“Tanggung jawab yang saya lakukan adalah membantu desain draf AD/ART dan mempersiapkan dokumen-dokumen untuk kebutuhan izin,” kata Natalia saat dihubungi Kagama, belum lama ini.

Baca juga: Melihat Peluang Ketahanan Pangan dari Modal dan Potensi Terkini Hutan Indonesia
“Membantu membuat proposal kepada donatur. Membantu mempersiapkan kegiatan organisasi seperti seminar nasional dan pertemuan-pertemuan formal lainnya.”
“Saya juga mendapat kepercayaan menghadiri kegiatan nasional atas nama TNCC-TL,” sambung perempuan yang kini tinggal di Dili, Timor-Leste ini.
Sejak masih kuliah di Universidade Dili, Natalia memang senang menjadi volunter di berbagai organisasi.
Dia pernah bergabung dengan Student Christian Movement Timor-Leste (SCM-TL), Insight Timor-Leste, Yayasan Centro Quesadhip Ruak (CQR), dan Peace Community Timor-Leste (PCTL).
Bahkan, perempuan kelahiran 1984 ini juga mendirikan Azencia Dezenvolvimento Rekursi Humanu (ADRH) dan Eagle Global Transformation (EGT).
Baca juga: KPH Notonegoro: Tarian Bukan Sekadar Pola Lantai dan Koreografi