Tak Ingin Berspekulasi, Begini Cara Nurdin Santosa Pertahankan Bisnis Jamur di Masa Pandemi

486

Baca juga: Pengurus KAGAMA Jateng Ini Jelaskan Nilai-nilai Kewarganegaraan dalam Olahraga Lempar Pisau dan Kapak

Kemudian dicampur bekatul sebanyak 13 persen, kapur sebanyak 2 persen dan air secukupnya.

Setelah itu, dilakukan proses pencampuran bahan baku dan selanjutnya dilakukan proses packing dan sterilisasi menggunakan boiler.

Proses sterilisasi telah dilewati, kemudian tahap berikutnya yaitu pendinginan, yang kemudian disusul dengan proses pembibitan.

“Pembibitan kita sesuaikan dengan jenis jamur yang akan ditanam, bisa jamur linsi, jamur kuping, atau jamur tiram.”

“Bila pembibitan sudah selesai, kita lakukan inkubasi atau menunggu jamur putih tumbuh sekitar 35-40 hari. Lalu kita lakukan proses penumbuhan jamur,” ungkap pria kelahiran 1988 ini.

Baca juga: Upaya Bupati Seno Samodro dalam Mendukung Petani Boyolali Selama Pandemi Covid-19

Produk Jamur Jogja di antaranya ada jamur segar dan jamur olahan seperti sate dan keripik.

Di samping itu, Nurdin juga menyediakan bahan baku pembuatan media jamur, bibit jamur, dan peralatan mesin-mesin jamur.

Produk jamur pada umumnya dipasarkan Nurdin ke restoran-restoran besar.

“Namun, karena pandemi Covid-19, kami juga mengalami kontraksi. Belanja rumah tangga di masyarakat menurun, sehingga restoran-restoran ini mengurangi pasokan makanan.”

“Untuk itu, kami gencarkan penjualan langsung ke setiap konsumen dengan membuat jamur kemasan dan juga membuka lapak di pasar tradisional,” ungkapnya.

Baca juga: Ganjar Pranowo: Krisis Pangan Masyarakat Bisa Dibereskan KAGAMA Melalui Gerakan Canthelan