Upaya Bupati Seno Samodro dalam Mendukung Petani Boyolali Selama Pandemi Covid-19

656

Baca juga: Berpotensi Untung Besar, Begini Kiat Berbisnis Tanaman Anggrek ala Heni Indarwati

Sehingga, hal ini berefek pada kesulitan dalam mencari tenaga kerja untuk tanam dan panen.

Petani Boyolali harus mencari tenaga tanam dan panen dari luar daerah.

Bagi Seno, hal ini merupakan persoalan yang unik. Kendati demikian, produksi beras di Boyolali masih surplus antara 40-50 ribu ton per tahun.

Bahkan kata Seno, jagung bisa sampai 90 ribu ton per tahun.

Untuk sayur mayur, pasokannya ke pasar dalam negeri, Jawa Tengah tergolong stabil.

Baca juga: Meskipun Bekerja di Tempat yang Bukan Bidangnya, Rifdan Tak Menganggapnya sebagai Kendala

Hanya pasar ekspor yang menurut Seno sedikit terganggu pasokannya akibat Covid-19.

Soal ekspor sayuran, pria 56 tahun ini mengapresiasi keterlibatan Genduli (Gelanggang Peduli Petani) yang dipelopori oleh alumnus Fakultas Kehutanan UGM, Iqbal Tuwasikal.

“Genduli dan canthelan adalah gerakan sosial dari KAGAMA yang bagus. Kebetulan canthelan di Boyolali sudah ada di beberapa titik sejak pertama kali Covid-19 mewabah,” kata Seno.

“Kalau Genduli memang sudah secara rutin ekspor sayur mayur ke luar negeri melalui fasilitas IT di beberapa kecamatan, khususnya Selo dan Cepogo,” terang pembina KAGAMA Boyolali tersebut.

Cepogo mampu mengekspor sayur ke luar negeri lantaran Pemkab Boyolali telah membangun Pasar Cepogo menjadi pasar higienis.

Baca juga: Mekanisasi Pertanian Bukan Sekadar Mengganti Cara Manual dalam Bertani