Sponsor Utama Kesultanan Demak Bintoro adalah Pria dari Samudra Pasai

3441

Baca juga: ‘Murtad’ dari Ilmu Komputer, Pemuda Ini Rasakan Perubahan Softskill Berkat Magister Manajemen UGM

Berdirinya Demak ditandai dengan akulturasi budaya Hindu, Buddha, dan Islam yang cukup masif.

Budaya Jawa (kejawen) dan Islam juga mengalami pembaruan dengan munculnya kitab-kitab tasawuf berbahasa Jawa.

Misalnya, Suluk Sunan Bonang, Suluk Sujinah, Suluk Malang Sumirang, Suluk Syekh Malaya, dan Suluk Tekawardi.

Semuanya disusun dengan metrum tembang macapat dan membahas ilmu makrifat kejawen.

Penerjemahan kitab tasawuf berbahasa Jawa terjadi pada masa kepemimpinan Sultan Trenggono (raja ketiga Demak).

Baca juga: Budi Karya Sumadi Jelaskan Peran Infrastruktur Transportasi dalam Mendukung Kawasan Ekonomi Khusus

Bagi Purwadi, akulturasi dan pembaruan menghasilkan keselarasan hidup berbangsa dan bernegara masyarakat zaman itu.

Namun, itu semua tak bisa dieksekusi tanpa peran Wali Sanga yang menjadi pemimbing masyarakat baik di perkotaan, pedesaan, maupun pegunungan.

“Wali Sanga menyebarkan agama Islam selalu menggunakan wayang dan gamelan. Sunan Kalijogo menciptakan lakon wayang Jimat Kalimo Sodo atau Kalimat Syahadat,” kata Purwadi.

“Sunan Bonang membuat gending gangsaran, lancaran, ladrang, ketawang. Gending ini simbol syariat, tarikat, hakikat, makrifat,” terang alumnus Fakultas Filsafat dan Fakultas Ilmu Budaya UGM ini.

Di samping menjadi guru bagi masyarakat, Wali Sanga juga merupakan penasihat spiritual kerajaan.

Baca juga: Selama Pandemi, Roda Perekonomian Lokal Perlu Digerakkan Melalui Pembangunan Desa