Mimpi Besar Bupati Petrus Kasihiw terhadap 3 Potensi Biota Mangrove di Teluk Bintuni

971
Bupati jebolan UGM, Petrus Kasihiw, melihat ada tiga potensi biota mangrove di Teluk Bintuni yang bisa memajukan perekonomian UMKM. Foto: Teluk Bintuni
Bupati jebolan UGM, Petrus Kasihiw, melihat ada tiga potensi biota mangrove di Teluk Bintuni yang bisa memajukan perekonomian UMKM. Foto: Teluk Bintuni

KAGAMA.CO, TELUK BINTUNI – Sekitar 10 persen hutan mangrove (bakau) Indonesia ada di Kabupaten Teluk Bintuni.

Secara rinci, luasnya mencapai 225.367 hektar atau 52 persen dari total keseluruhan hutan mangrove di Provinsi Papua Barat.

Keberadaan hutan mangrove yang besar ini menjadi berkah masyarakat setempat yang mayoritas berprofesi sebagai petani dan nelayan.

Pasalnya, hutan mangrove menjadi rumah bagi tiga biota laut: udang jerbung (Penaeidae), kepiting bakau (Geryonidae) dan ikan kakap (Sciaenidae).

Bupati Teluk Bintuni, Ir. Petrus Kasihiw, M.T. menilai, ketiga biota mangrove tersebut berpotensi menjadi andalan masyarakat Teluk Bintuni untuk pasar ekspor.

Baca juga: Makanan yang Baik Dikonsumsi agar Jantung Tetap Sehat di Masa Pandemi

Hanya saja, pria yang akrab disapa Piet itu sadar bahwa produk yang dipasarkan oleh warganya masih minim pengolahan.

Sehingga, belum ada nilai tambah yang mampu mendongkrak harga jual produk.

Piet mencontohkan, kepiting bakau segar dari Distrik Babo hanya dihargai Rp10 ribu per kg.

Karena itu, alumnus Magister Pembangunan Kota dan Daerah UGM ini ingin agar masyarakat Teluk Bintuni mengembangkan produk olahan dari biota mangrove.

“Hasil perikanan kita mulai dari kepiting, udang, dan ikan kakap ini punya potensi menjadi produk ekspor makanan olahan ke depannya,” kata Piet kepada Kagama, Kamis (1/10/2020).

Baca juga: Jebolan Magister Manajemen UGM Ini Bilang, Tidak Ada Perusahaan yang Selalu Siap Respons Pandemi