Rektor Dorong Fakultas Farmasi UGM Majukan Industri Farmasi Indonesia

400

Baca juga: Di Balik Keputusan Nezar Patria Jadi Direktur Kelembagaan PT Pos Indonesia

Menurut Panut, tidak menutup kemungkinan Indonesia akan menjadi adidaya teknologi dan ekonomi yang diakui di kancah global.

Hal itu jika modal sosial, kreativitas, dan inovasi yang telah didapatkan dari pandemi ini dapat terus dipertahankan di masa adaptasi kebiasaan baru.

Banyak sektor terdampak akibat Covid-19, tetapi pada Triwulan II 2020, pertumbuhan ekonomi industri kimia, farmasi, dan obat tradisional naik menjadi 8,5 persen.

“Di masa pandemi, permintaan masyarakat akan obat-obatan dan suplemen meningkat. Sayangnya, tingginya permintaan itu tidak didukung oleh ketersediaan bahan baku obat dalam negeri.”

“Banyak sumber menyebutkan, 90 persen bahan baku obat sampai saat ini masih diimpor.”

Baca juga: Hendri Saparini: Maksimalkan Pasar dalam Negeri untuk Pulihkan Ekonomi Indonesia

Walaupun Presiden Joko Widodo telah mengeluarkan inpres No.6 Tahun 2016 tentang kemandirian dan peningkatan daya saing industri farmasi dan alat kesehatan dalam negeri,” tutur pria asal Kebumen, Jawa Tengah ini.

Lemahnya industri nasional tidak terlepas dari pilihan paradigma pembangunan sejak pembangunan jangka panjang pertama, yang mendalkan sumber daya dan kekayaan alam Indonesia.

Pada saat itu penekanan pembangunan diarahkan pada melimpahnya sumber daya alam dan tenaga kerja kerja murah.

Usaha untuk menggeser fokus pembangunan dengan pengembangen SDM untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, serta pembangunan industri strategis sudah dilakukan.

Namun, sampai saat ini belum berhasil. Saat ini pemerintah telah merancang Making Indonesia 4.0, sebagai peta jalan yang terintegrasi untuk mengimplementasi sejumlah strategi demi menyongsong regulasi industri 4.0.

Baca juga: Alat Deteksi Covid-19 Buatan UGM Bisa Bantu Pemulihan Ekonomi Indonesia di Masa Pandemi