Baca juga: Hendri Saparini: Maksimalkan Pasar dalam Negeri untuk Pulihkan Ekonomi Indonesia
Direktur Pemasaran Pariwisata Badan Otorita Borobudur, Agus Rochiyardi, mengatakan, sebenarnya untuk membuat logo relatif mudah sekali.
Tinggal download aplikasi pembuat logo, masukan gambar dan tulisan, maka akan muncul contoh-contoh logo.
Namun hal ini tidak dilakukan Badan Otorita Borobudur. Agus pun membeberkan alasannya.
“Justru dengan menyelenggarakan lomba logo ini, dimaksudkan agar didapat logo yg sesuai dengan visi dan misi organisasi,” tutur Agus kepada Kagama.
“Selain itu mendorong designer-designer Indonesia untuk berkreasi dan berani berlomba,” terang alumnus Fakultas Biologi UGM angkatan 1981.
Baca juga: Epidemiolog UGM: Hanya Protokol Kesehatan Saja Terbukti Tidak Cukup untuk Menurunkan Transmisi
Agus mengaku, ada 3.209 karya yang diterima BOB dari 2.434 peserta. Yakni sejak penerimaan dilakukan pada 17 Agustus – 6 September 2020.
Semua karya tersebut menurutnya sangat berkualitas. Juri pun dibuat kesulitan menentukan juaranya.
Apalagi, para peserta berasal dari 31 Provinsi yang tersebar di 293 kabupaten/kota di Indonesia.
Paling banyak dari Kota Surabaya (120 peserta), Kabupaten Sleman (96), dan Kota Yogyakarta (60).
“Dengan adanya lomba yang diselenggarakan BOB, kami berharap Industri Ekonomi Kreatif semakin tumbuh dan berkembang,” ucap Agus.
“Banyak designer yang ter-trigger (terdorong) berkreasi menciptakan inovasi baru di bidangnya masing-masing,” pungkasnya. (Ts/-Th)
Baca juga: Budi Karya Sumadi: Covid-19 Terus Menyerang, Tapi Kita Harus Move On