Guru Besar Fakultas Biologi UGM: Kondisi Kritis Menuntut Seluruh Manusia Memahami Ekologi

457

Baca juga: 3 Warga KAGAMA Dilantik Jadi Pjs Bupati di Provinsi Bengkulu

Hal itu agar manusia selalu dapat berusaha bersama-sama dalam memperbaiki ekosistem.

Yakni hutan hujan, hutan bakau, dan hutan gambut yang rusak, dan dapat hidup selaras dengan alam.

Negara-negara di dunia, telah melakukan berbagai upaya.

Sebagai contoh, Rio Earth Summit tahun 1992 dan UN Decade on Ecosystem Restoration yang ditargetkan tercapai pada 2030.

“Tidak terkecuali Indonesia, melalui skema insentif Results-Based Payment (RBP),” ujar Sugandawaty.

Baca juga: Filosofi yang Ingin Disampaikan KAGAMA Bengkulu Lewat Kebun Sayuran

“Indonesia dinilai berhasil menurunkan emisi gas rumah kaca dari deforestasi dan degradasi hutan hujan, gambut dan bakau.”

“Indonesia memperoleh dana sebesar 103,8 juta USD (sekitar Rp1,5 triliun) dari Green Climate Fund (GCF) dan 56 juta USD (sekitar Rp800 miliar) dari pemerintah Norwegia,” beber wanita asal Sabang, Aceh tersebut.

Bagi dia, hal tersebut menunjukkan bahwa dengan menjaga ekosistem, Indonesia dapat memperoleh pendanaan untuk mendukung banyak program.

Tidak hanya untuk melestarikan ekosistem, tapi juga memastikan kesejahteraan dan kesehatan masyarakat secara luas, bukan hanya segelintir manusia.

Sugandawaty bertutur, dalam menghadapi krisis ekologi—khususnya ekosistem hutan tropika yang rusak—Indonesia tidak sendirian.

Baca juga: Budi Karya Sumadi: Indonesia Mampu Bertahan dan Melewati Krisis Berkat UMKM