Mekanisasi Pertanian Tetap Jadi Primadona di Masa Depan, Peluang Lulusan Teknik Pertanian

899

Baca juga: Wadubes Azis Nurwahyudi Menilai Mahasiswa adalah Ujung Tombak Kerja Sama Indonesia-Rusia

Pihaknya mengeluarkan dana Rp12 triliun untuk pengembangan 493 ribu unit alat yang tersebar di seluruh Indonesia.

“Hal ini mendapat pengakuan dari Bappenas bahwa setiap 1 persen belanja produktif yang dilakukan Kementan, khususnya ALSINTAN memberikan dampak 0,33 persen pada peningkatan subsektor pertanian.”

“Belanja barang yang produktif dapat menjadi terobosan yang bisa diterapkan di banyak kementerian, sehingga belanja kementerian itu lebih berkualitas, menumbuhkan perekonomian sektoral daerah,” tutur pria kelahiran 1975 itu.

Mekanisasi pertanian di masa depan, kata Andi, masih akan tetap menjadi primadona, mengingat langkanya tenaga kerja pertanian.

Banyak pemuda di desa yang enggan bekerja di sektor pertanian.

Alhasil, kata Andi, tidak ada jalan bagi Kementan selain mengupayakan adanya mekanisasi pertanian, agar ketersediaan pangan untuk masyarakat tetap terjaga.

Baca juga: Julian Latuheru, Alumnus Magister Manajemen UGM yang Nyaman Jualan Marmer via Instagram

Upaya ini sebetulnya bisa meningkatkan efisiensi kegiatan pertanian.

Pengolahan tanah yang tadinya membutuhkan 320-400 jam dengan cara manual, kini waktu pengerjaan bisa direduksi menjadi 4-6 jam dengan teknologi, sehingga masa tanam dan masa panen menjadi lebih singkat.

Demikian juga dari segi efisiensi biaya produksi, katakanlah dengan cara manual produksi memakan biaya Rp2 juta, dengan teknologi pertanian biaya produksi bisa ditekan hingga menjadi Rp1 juta.

Andi berharap di akhir masa pemerintahan Jokowi nanti, Indonesia bisa mewujudkan modernisasi pertanian dengan hasil yang sesuai harapan.

Level mekanisasi pertanian Indonesia kata Andi, masih jauh dibandingkan negara-negara di Asia Tenggara yang lain yaitu, 1,68 hp/ha di tahun 2019.

Baca juga: KAGAMA Kepri dan KAGAMA Batam Sumbang 150 Bibit Pohon untuk Kebun Raya Batam

“Kondisi ini tentu mebuka kesempatan luas bagi alumnus untuk berkarya.”

“Dalam pembuatan perencanaan mekanisasi pertanian, kami membutuhkan para alumnus dari jurusan Teknik Pertanian.”

“Karena lulusan jurusan ini tentu paham mengenai kebutuhan alat dan mesin,” pungkas lulusan Institut Teknologi Bandung ini. (Kn/-Th)

Baca juga: Indonesia Perlu Terus Kembangkan Bioenergi untuk Kurangi Ketergantungan Energi Fosil