Kisah Bidan Hanifatur Rosyidah Lewati Segudang Kegagalan Sampai Bisa Eksis di Kancah Global

1159

Baca juga: KAGAMA Kepri dan KAGAMA Batam Sumbang 150 Bibit Pohon untuk Kebun Raya Batam

Daftar kegagalan ini menurut hanifa bisa membuatnya mengingat tentang ketabahan dan perjuangannya menghadapi segudang kegagalan.

Untuk itu, jika suatu saat dia sedang berputus asa, Hanifa bisa bersemangat lagi dengan melihat daftar kegagalan yang berhasil dilaluinya itu.

Berjuang untuk menempuh pendidikan S2 ternyata memberikan dampak positif bagi Hanifa.

Dia mulai mengenal diri sendiri, termasuk membaca berbagai kelemahannya.

“Skil bahasa Inggris jadi salah satu kelemahan saya. Lalu saya menyiasatinya dengan memilih kampus yang tidak memberikan syarat kemampuan bahasa Inggris terlalu tinggi.”

Baca juga: Indonesia Perlu Terus Kembangkan Bioenergi untuk Kurangi Ketergantungan Energi Fosil

“Misalnya, kalau teman-teman pilih kampus-kampus di Asia, biasanya hanya bersyarat TOEFL PBT. Sementara di kampus-kampus AS atau UK, syaratnya menggunakan IELTS dengan skor yang cukup tinggi,” jelasnya.

Keterbatasan yang juga menjadi tantangan besar bagi Hanifa adalah pendidikan dia sebelumnya.

Hanifa tidak bisa diterima di salah satu kampus karena riwayat pendidikan diplomanya yang tak bisa ditransfer di kampus tujuannya.

Selain itu, teman-temannya yang berkuliah di Vrijei rata-rata berasal dari PTN, sedangkan Hanifa merupakan lulusan kampus swasta.

“Namun, teman-teman tidak usah minder. Lulusan kampus swasta tetap bisa berkuliah di luar negeri. Ada banyak jalan ketika ada niat dan usaha.”

Baca juga: Warga KAGAMA Balikpapan Ini Melihat Peluang Usaha dari Perantau yang Kangen Rumah