Jangan Takut Produk Kemahalan, Setiap Harga Ada Pembelinya

657

Baca juga: Ingin Bantu Masyarakat Luas, Ketua KAGAMA Jabar Lulusan Kedokteran Ini Pilih Jadi Birokrat

Alhasil, tiga tahun lalu dia menutup restoran dan menjual seluruh perabot dan peralatan.

Kendati demikian, alumnus Teknik Sipil UGM angkatan 1997 ini pantang menyerah.

Melalui dapur di rumah dia bangkit dengan mengelola bisnis berbasis media online. Mulai dari display, marketing, hingga order.

Evi menggunakan facebook pribadi, WhatsApp, dan instagram dengan akun @kuwehkuwehbpn untuk memasarkan kuliner jajanan barunya yang punya brand baru Kuweh Kuweh.

Macam-macam jajanan dia produksi. Antara lain brownies sekat, korean garlic bread, karipap, pizza, dan cinnamon roll.

Baca juga: Perjuangan Ketua Umum KABIDGAMA Menjadi Bidan Berprestasi Global

Pelan-pelan, Evi meningkatkan kapasitas produksinya menjadi skala UKM, dengan mengganti semua peralatan yang dulunya adalah alat rumah tangga.

Hal yang ditekankan Evi pada usahanya sekarang adalah adanya nilai tambah dalam produknya.

Itu seperti packaging yang kini lebih kompak, sehingga bisa dijadikan untuk hadiah. Serta pemberian tulisan atau ucapan di produk kuenya.

Kemudian, Evi juga disiplin dengan pencatatan biaya. Baik itu untuk produk yang pre-order maupun ready stock.

“Acuan saya adalah uang yang digunakan untuk beli bahan. Lalu saya hitung dulu berapa untuk beli,” kata Evi.

Baca juga: Pengalaman Mumtihana Muchlis yang Mendapat Hibah Internasional di Bidang Kebidanan