Indonesia Perlu Terus Kembangkan Bioenergi untuk Kurangi Ketergantungan Energi Fosil

244

Baca juga: Perjuangan Ketua Umum KABIDGAMA Menjadi Bidan Berprestasi Global

Ali mengungkapkan, pada 2014 lalu pemerintah melalui peraturannya bertekad meningkatkan EBT. Dari yang awalnya hanya 9 persen, kemudian bisa ditingkatkan lagi menjadi 23 persen.

Pada tahun 2050 pemerintah menargetkan peningkatan hingga 31 persen.

“Soal EBT, Indonesia sebetulnya kaya akan sumber energi ini. Matahari bisa menyinari negara kita sepanjang tahun, sehingga potensi pengembangan sumber panas solar sel sebagai salah satu EBT.”

“Selain itu, sebagai negara yang dilalui garis khatulistiwa, Indonesia punya potensi besar pada angin untuk membangkitkan energi, misalnya dengan kincir.”

“Tak hanya matahari dan angin, Indonesia juga punya potensi energi yang bisa didapat dari air, panas bumi, dan bioenergi.”

Baca juga: Pengalaman Mumtihana Muchlis yang Mendapat Hibah Internasional di Bidang Kebidanan

“Eksplorasi energi air bisa melalui bendungan dari sungai, panas bumi yang bisa dieksplor di jalur pegunungan aktif terutama tersimpan di batuan dan fluida, serta bionergi yang didapatkan dari pemanfaatan biomass penghasil energi dan keanekaragaman hayati yang besar,” paparnya.

Namun demikian, meskipun potensi bioenergi sejauh ini masih kecil, Ali melihat pemerintah mulai intens mendorong pengembangan Bahan Bakar Nabati (BBN) sebagai salah satu bioenergi.

Sejauh ini, Indonesia telah berhasil mengambangkan biodiesel B-20, B-30, D-100 yang berasal dari minyak sawit, minyak jarak, minyak kelapa, dan lain-lain.

Demikian juga bioetanol yang berasal dari fermentasi umbi-umbian, jagung, tebu, dan sebagainya. Kemudian ada gas tabung juga untuk rumah tangga.

“Ini beberapa inisiatif yang mungkin belum besar, tetapi cukup menarik untuk kita kembangkan dari sisi bisnisnya.”

Baca juga: Ketua VI PP KAGAMA Berharap Canthelan Bisa Menjangkau Daerah Pelosok