Petani dan Ilmuwan Perlu Gunakan Paradigma Pertanian Baru Demi Ketahanan Pangan

1331

Baca juga: Kehadiran Pemikiran Besar Dibutuhkan untuk Mencapai Kemajuan

Di samping itu, menurut Edhi perlu ada pengaturan terhadap iklim regional dan kualitas udara.

Sebab, jika tak ada maka limbah dari ekosistem pertanian bisa mencemari udara, air, dan tanah, sehingga terjadilah perubahan iklim.

Upaya ketahanan pangan dan produksi alami membutuhkan sistem berkelanjutan yang bisa memberikan jumlah yang cukup bagi pangan, pakan, dan serat.

Edhi berujar, saat ini dibutuhkan para tokoh yang bisa berperan dalam mengatasi berbagai persoalan global.

Namun, banyak orang fokus pada spesialisasi ilmu yang mereka miliki, sehingga sulit ditemui orang yang bisa menyelesaikan permasalahan global, terutama terkait agrikultur.

Baca juga: Ketua KAFEGAMA MM Ikang Fawzi: Jika Real Estate Sehat, Industri Lain Akan Sehat Pula

“Kehidupan ini sebetulnya tidak linier, hal-hal yang ada di luar pertanian juga turut mempengaruhi persoalan yang ditimbulkan.”

“Penting bagi kita untuk berpikir secara holistik untuk menyelesaikan persoalan global hari ini dan sadar bahwa kehidupan kita sangat kompleks,” ujar lulusan University of Hawaii at Manoa, USA ini.

Edhi mengimbau agar para pemerhati pertanian jangan hanya fokus pada spesialisasinya saja, mereka perlu menggunakan paradigma baru metabioma.

Yakni sebuah paradigma yang mengajak para ilmuwan pertanian untuk berpikir secara holistik tentang tanaman.

Perlu dipahami bahwa tanaman tidak terlepas dari berbagai komponen pendukung, seperti tanah beserta mikro dan makro organismenya, tanaman di sekelilingnya, iklim, sinar matahari, dan air hujan.

Baca juga: Digemari Masyarakat Kalteng, Begini Peluang Usaha dan Tantangan Budidaya Ikan Papuyu