Relasi Kekuasaan Jadi Alasan Mengapa Kekerasan Seksual Ada di Dunia Pendidikan

937

Baca juga: Berbagai Kerja Sama yang Harus Dikuatkan Lewat Hubungan Bilateral Indonesia-AS

Dosen Fakultas Filsafat UGM, Dr. Hastanti Widy Nugroho, menyebut pelecehan juga berhubungan dengan citra tubuh yang dimiliki seseorang.

Misalnya, ada orang yang mengomentari bentuk tubuh seseorang.

Widy meyakini bahwa pelecehan seksual di dunia pendidikan ada kaitannya dengan adanya relasi kekuasaan, sebagaimana teori yang dikemukakan filsuf Italia, Giorgio Agamben.

“Dosen punya relasi kekuasan terhadap mahasiswa, tenaga pendidik punya relasi kekuasaan kepada dosen, mahasiswa punya relasi kekuasaan kepada temannya,” kata Widy.

“Namun, ini tidak hanya terjadi dari lelaki kepada wanita, tetapi juga lelaki ke lelaki,” terang alumnus Filsafat angkatan 1993 ini.

Baca juga: Cerita Diaspora KAGAMA tentang Penerapan Normal Baru di Perguruan Tinggi Korea Selatan

Widy menjelaskan, sejak dulu relasi kekuasaan memang sudah ada. Akan tetapi, ada hal-hal yang menyebabkan relasi kekuasaan tampil sebagai pemulus praktik kekerasan seksual.

Pertama, menurut Widy, adalah kultus akademik. Sebagai contoh, mayoritas orang di Indonesia masih melihat istilah-istilah akademik dengan keheranan, ‘wow’.

Istilah riset dalam dunia akademik inilah inilah yang dipakai si pelaku fetish bungkus jarik untuk memukau calon korbannya.

“Lingkungan kita awam. Karena terpaku pada common sense, riset menjadi hal yang luar biasa,” kata Widy.

Kedua, kata Widy, adalah mitos-mitos terkait intelegensi. Orang bilang bahwa cerdas itu seksi. Namun, di mana letak seksinya?

Baca juga: Orang Indonesia Harus Berani Kuliah di Harvard