Nostalgia Duo Legend Mantan Penyiar Radio di Reuni Dar(l)ing Filsafat UGM

3232

Baca juga: Ketua Forum Harimaukita Alumnus UGM Ungkap Strategi Perlindungan Harimau Sumatera yang Hampir Punah

Lalu, apa kesan reuni daring Kagama Filsafat bagi Wibie dan Rina?

“Reuni kali ini memberi kesan tak terlupakan,” ujar Rina kepada Kagama, usai pelaksanaan reuni.

“Enggak nyangka bisa bertemu lagi dengan Mas Wibie dan bisa siaran bareng meski bukan di radio,” terang Rina.

Menurut Rina, semasa kuliah dia dan Wibie yang merupakan kakak tingkat di Filsafat, sering diminta sebagai MC dalam acara-acara fakultas, maupun di acara-acara on air dan off air Radio Geronimo. Tempat keduanya bekerja sambil kuliah.

Bagi Wibie Mahardika, memandu acara reuni di dunia maya selama 4 jam lebih tak membuatnya bosan dan mati kutu. Dia tetap menikmati tugasnya kali ini, sekaligus bernostalgia sebagai penyiar.

Baca juga: Kata Diaspora KAGAMA: Masyarakat AS Hampir Tak Mengenal New Normal

Saat menyampaikan testimoni, Wibie mengaku kuliah di Fakultas Filsafat tak membuat dirinya  merasa rendah diri dari mahasiswa fakultas lain.

Alumnus Filsafat UGM angkatan 1988 ini mengakui dulu ilmu Filsafat cenderung dipahami keliru. Seakan-akan filsafat itu belajar menjadi dukun. Meski kenyataannya tidak demikian.

Di Filsafat UGM Wibie justru mendapatkan banyak ilmu yang menjadi bekal kariernya kemudian hari. Salah satunya saat  bekerja sebagai penyiar radio.

“Dengan belajar filsafat, saya jadi mengerti tentang persoalan esensi dan nilai. Pada praktiknya kedua hal ini bisa saya sharing kepada listeners (sebutan untuk pendengar radio) secara logis dengan nyaman dalam membedah makna lagu yang penuh hikmah kehidupan.”

“Mungkin itu yang membuat orang menilai orang filsafat seperti dukun,” ujar Wibie.

Baca juga: Upaya yang Harus Dilakukan Indonesia untuk Membasmi Pelecehan Seksual di Dunia Pendidikan