Ungguli Kedelai, Sawit Memang Tanaman Penghasil Minyak Nabati Paling Efisien

989

Baca juga: 19 Tahun Berkarier di Bidang Kehutanan, Korsa Rimbawan Selalu Jadi Kebanggaan Tri Wira Yuwati

Namun, langkah ini tentu saja bakal menambah emisi karbon—sesuatu yang tak bisa dihindari.

Hanya satu hal yang bisa dilakukan, ialah dengan meminimalkannya. Dalam hal ini memilih tanaman dengan daya dukung lingkungan terbaik.

“Dalam luasan terbatas, tanaman sawit dengan memanfaatkan lahan kosong (lahan hutan tidak produktif dan tidak memiliki nilai konservasi), memiliki nilai perlindungan lahan jauh lebih baik,” kata Teguh.

“Yakni dibanding dengan tanaman minyak nabati sub tropis yang berupa tanaman perdu seperti kedelai, rapeseed, bunga matahari. Sedangkan sawit berupa pohon dengan rotasi 25-30 tahun, seperti tanaman pohon hutan,” ujarnya.

Berdasarkan definisi hutan dengan konsep land cover change dan konsep FAO (Food and Agriculture Organization), perkebunan kelapa sawit dapat dikategorikan sebagai hutan, beserta sifat ekologsinya.

Baca juga: Cerita Alumnus Fakultas Kehutanan UGM yang Membeli Bahan Canthelan dari Pedagang Kaki Lima dan Asongan

Prof. Hansen, peneliti perubahan hutan global dari Universitas Maryland, AS, juga telah menyatakan bahwa kebun sawit dikategorikan sebagai bagian dari tutupan hutan.

“Perkebunan sawit merupakan bagian dari pelestarian fungsi ekologis seperti pelestarian daur CO2 daur O2 dan daur air (H2O), melalui mekanisme fotosintesis dan respirasi,” kata Teguh.

“Fungsi ini juga merupakan bagian hutan secara ekologis. Selain itu, sawit juga berfungsi dalam konservasi tanah dan air, yakni mengurangi aliran.”

“Hal itu berkat berkat perakaran masif, padat, berlapis dan permukaan tanahnya mengandung banyak bahan organik,” pungkasnya. (Ts/-Th)

Baca juga: Seruan Sedekah Kebangsaan Ketua KAGAMA Sumsel untuk Meriahkan HUT Kemerdekaan ke-75 Republik Indonesia