
KAGAMA.CO, BULAKSUMUR – Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) butuh waktu yang tidak sebentar, bahkan jangka panjang.
Di tingkat komunitas, AKB perlu percepatan, pemantauan, sosialisasi, dan enforecement (dorongan) atau persuasi secara terus menerus.
Adapun di tingkat korporasi, misalnya maskapai, perlu pengembangan manajemen proses berbasis protokol kesehatan.
Hal itu unuk menjamin kualitas layanan yang nyaman, aman, dan meyakinkan penumpang, sesuai Surat Edaran Dirjen Perhubungan Udara No 13/2020.
Demikian seperti disampaikan oleh Guru Besar Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Prof. Wihana Kirana Jaya, dalam Harian Kompas, Senin (10/8/2020).
Pandangan Wihana tentang perubahan sosial menyangkut norma atau kebiasaan tersebut merujuk analisis 4 level dari peraih Nobel Ekonomi 2009, Prof. Williamson.
Serta peraih Nobel Ekonomi 1993, Douglas C. North, dalam bukunya Institutional Change and Economic Performance (1990).
Terkait transportasi, Wihana menilai, sektor ini memegang peran krusial dalam pengendalian pandemi dan pertumbuhan (sosial) ekonomi.
Misalnya di DKI Jakarta, ketika pembatasan sosial berskala besar diberlakukan (PSBB), seluruh moda transportasi maksimum mengangkut 50 persen kapasitas penumpang.
Itu mulai dari kereta commuter line, MRT, LRT, busway, bus, dan angkot (angkutan perkotaan). Sedangkan ojek online hanya boleh mengantar barang.