Cerita Dokter Alumnus UGM yang Penuh Tantangan Saat Menjadi Relawan Rumah Sakit Lapangan Khusus Covid-19

794
dr. Albarissa S Abdalla membagikan pengalamannya yang unik dan menantang saat menjadi kokter relawan Rumah Sakit Lapangan Khusus Covid-19 (RSLKC) Bantul. Foto: Dok Pri
dr. Albarissa S Abdalla membagikan pengalamannya yang unik dan menantang saat menjadi kokter relawan Rumah Sakit Lapangan Khusus Covid-19 (RSLKC) Bantul. Foto: Dok Pri

KAGAMA.CO, BULAKSUMUR – Covid-19 merupakan bencana yang unik dibandingkan bencana lainnya.

Dokter relawan Rumah Sakit Lapangan Khusus Covid-19 (RSLKC) Bantul, dr. Albarissa S. Abdalla menuturkan, penularan Covid-19 begitu masif di seluruh lapisan masyarakat dan daerah.

Untuk itu, masyarakat di daerah tertentu tidak bisa bergantung pada bantuan dari daerah lain.

Kemandirian menjaga diri menjadi kunci utama untuk terhindar dari penyakit ini.

Issa, sapaannya, membabar hal tersebut dalam acara Alumni Berbagi, bertajuk Dokter Garda Depan, yang digelar FK-KMK UGM, pada Minggu (26/7/2020) secara daring.

Baca juga: Umur Tiada yang Tahu, 2 Anggota KAGEOGAMA Beda Angkatan Telah Berpulang

Issa mengaku, menjadi relawan di rumah sakit lapangan menjadi pengalaman unik bagi dirinya.

“Perlu diketahui, rumah sakit lapangan ini didirikan sementara selama pandemi berlangsung dan operasionalnya bersifat dinamis,” jelas alumnus FK-KMK UGM angkatan 2012 itu.

Rata-rata pasien yang dirawat di RSLKC Bantul merupakan orang-orang yang baru saja melalui proses tracing Covid-19.

Sementara itu, pasien yang dianjurkan untuk diisolasi di rumah sakit ini adalah pasien yang melakukan kontak langsung dengan pasien positif 2 hari sebelum gejala, serta 14 hari setelah gejala.

Protokol kesehatan di RSLKC Bantul disusun sendiri oleh para dokter relawannya. Dikatakan oleh Issa, protokol ini disusun dalam waktu 10 hari saja.

Baca juga: Kata Toronata Tambun: Jadi Alumnus Teknik Nuklir dan Teknik Fisika Harus Memiliki Pribadi yang Luwes