Begini Tantangan Model Bisnis Baru Supply Chain di Era Digital

1251

Baca juga: Peluang Mobile Photography di Dunia Profesional

“Ke depan supply chain akan berubah menjadi bisnis model atau yang disebut dengan supply chain as a service. Berbagai aktivitas yang berkaitan dengan distribusi, manufaktur, logistik, inventory, manajemen, itu akan akan menjadi fokus bisnis outsourcing,” ujar alumnus Teknik Kimia UGM angkatan 1987 ini.

Transparansi dan visibilitas informasi ke depannya juga menjadi tantangan pelaku usaha supply chain, terutama industri-industri yang punya banyak customer. Penting pula mengupayakan adanya penggunaan teknologi blockchain untuk membantu menyusun struktur data.

Menurut Sigit, supply chain harus bisa mengelola risiko. Berdasarkan waktunya, risiko yang dihadapi dibagi menjadi dua yakni day to day dan disrupsi (menghadapi suatu kejadian dengan impact yang sangat besar).

Pandemi Covid-19 turut memberikan imbas ke bidang rantai pasok. Mengutip data dari ILO tahun 2020, Sigit mengatakan, 2-3 perusahaan manufaktur di dunia berhenti beroperasi.

“Pasokan material mulai langka terutama dari daerah yang memang terdampak Covid-19, kapasitas tenaga kerja berkurang, sourcing menjadi terbatas, logistik terhambat karena pembatasan, dan permintaan customer yang menurun. Disrupsi supply chain itu sifatnya long term dan simultan,” urainya.

Baca juga: Arbain Rambey: Kamera Handphone Bisa Kalahkan Kamera Profesional

Dalam beberapa waktu ke depan, sektor usaha supply chain harus melakukan serangkaian strategi untuk menghadapi disrupsi ini. Langkah awalnya, pelaku usaha merespon lebih dulu, baru kemudian melakukan pemulihan pada kesempatan-kesempatan bisnis yang hilang.

Selanjutnya melakukan perubahan-perubahan fundamental dalam supply chain. Misalnya menyusun strategi bisnis baru yang disesuaikan dengan situasi saat ini dan identifikasi risiko yang sudah dilakukan.

“Sedangkan tindakan respon cepatnya, pelaku usaha di sektor ini harus memprioritaskan keselamatan manusia, beru kemudian mengatur ulang pembiayaan sampai dapat meminimalisir pengeluaran, mengurangi berbagai aktivitas yang tidak penting, negosiasi kontrak mengingat adanya perubahan di dalam demand.”

“Lalu melakukan review inventori untuk memastikan barang tidak menumpuk karena turunnya permintaan, mengevaluasi permintaan, mencari alternatif supplier, mengevaluasi permintaan di pasar, mengoptamalisasikan kapasitas distribusi,” tutur pria yang sudah 2 tahun bergelut di bidang operation and supply chain itu.

Dalam melakukan pemulihan, bisnis supply chain perlu memperbaiki efisiensi dan produktivitas, mengeliminasi hal-hal yang sudah tidak relevan, sehingga memudahkan untuk tracing.

“Covid-19 akan memperlihatkan kerentanan supply chain di setiap bisnis, sehingga perlu ada evaluasi mendasar terakit upaya kita dalam melakukan inovasi,” pungkasnya. (Kn/-Th)

Baca juga: KAGAMA Jabar Siap Gelar Jalur Sutra untuk Hubungkan UMKM dan Destinasi Wisata Jabar-Magelang