Anastasia Dea Merasa Misa Kampus UGM Lebih Banyak Memberikan Suka ketimbang Duka

1556

Baca juga: Kegiatan Menggambar dan Mewarnai Online KAGAMA Bali Mengobati Kerinduan Anak akan Sekolah

“Kami memutuskan untuk memanggil tukang listrik yang datang satu jam kemudian,” ujar Dea.

“Kami akhirnya menyalakan lilin di sepanjang lorong untuk menerangi ruangan karena N16 memang cukup besar.”

“Dengan penerangan lilin, suasana menjadi tenang dan kondusif untuk dilakukannya ibadat,” terang perempuan yang berulang tahun tiap 12 Juni ini.

Antusiasme umat Katolik UGM tidak surut kendati sempat bergelap-gelapan. Namun, problem belum usai.

Salah satu imam yang bertugas mengalami kelelahan sehingga Misa Kampus mesti mencari imam tambahan.

Baca juga: Empat Tahun Dubes Wahid Bertugas di KBRI Moskow, Wisatawan Rusia ke Indonesia Meningkat Nyaris 100 Persen

Mereka sadar, mencari imam lain cukup sulit lantaran waktu itu adalah minggu terakhir sebelum masuk pekan paskah.

Pasalnya, para imam tentu saja sedang sibuk-sibuknya mengadakan pengakuan dosa di berbagai gereja.

Keberuntungan akhirnya berpihak pada Misa Kampus UGM setelah salah seorang imam dari Seminari Tinggi Santo Paulus Kentungan bersedia.

Sang Imam mau dan dijemput oleh anggota Divisi Liturgi, meski sebelumnya belum janjian secara formal.

Secara pribadi, Dea memandang, Misa Kampus UGM merupakan tempat mahasiswa katolik bisa menjalin relasi dengan rekan seiman lintas fakultas maupun daerah.

“Misa Kampus juga dapat membantu mahasiswa berproses dan berkembang melalui berbagai program kerja yang ada,” ujar Dea.

Baca juga: Alumnus Farmasi UGM Ungkap Hal yang Perlu Diperhatikan Sebelum Mengkonsumsi Obat Herbal