Kenangan Bersama Sosok Umar Kayam Semasa Kuliah di UGM

1115

Baca juga: Budi Setyiono, Satu-Satunya Komandan Satuan Resimen Mahasiswa UGM yang Jabat Dua Periode

Saya telusuri suasana di sekililing rumah Umar Kayam/Pusat Studi Jepang. Saya membayangkan sore hari Pak Joyoboyo sedang menjajakan dagangannya sambil berteriak ‘panggang ayam’ dan Mr. Rigen sedang menanti di halaman depan, sementara Pak Ageng sedang “lenggah” di ruang tamu. Saya telusuri isi rumah, ruangan-ruangan, halaman, yang beliau gambarkan dalam buku itu. Saya juga mencari “Garuda Yeksi”, mobil jeep, kendaraan dinas beliau.

Penelusuran saya tentang sosok Umar Kayam berlanjut ke Perumahan Dosen UGM di Sawit Sari, Yogyakarta. Di sana saya menemukan barang-barang kenangan beliau seperti mesin ketik, meja tulis, kursi goyang, serta koleksi buku-buku. Sungguh saya sangat beruntung bisa kuliah di UGM, dapat mengobati kerinduan saya pada sosok Umar Kayam. Bentuk kerinduan saya tersebut saya tuangkan dalam bentuk tulisan “Mereguk Kerinduan pada Sosok Umar Kayam” yang dimuat laman Umar Kayam.

Kerinduan saya pada sosok Umar Kayam, saya lanjutkan membaca karya beliau lainnya yaitu “Para Priyayi dan Sugih Tanpa Banda”. Menurut saya, karya-karya beliau merupakan karya kesustraan yang tidak hanya mengkritik keadaan sosial ekonomi Indonesia, tetapi juga mengajarkan kearifan tanpa bersifat menggurui. Buku ini baik dibaca oleh majikan (penguasa) dan pembantu (rakyat) sehingga masing-masing bisa menempatkan pada posisinya.

Sudah seyogyanya UGM mengangkat sosok Umar Kayam sebagai tokoh nasional bidang kesustraan dan tokoh kebanggan UGM. Terima kasih Pak Umar Kayam, dengan karyamu kami bisa mendapatkan pelajaran tentang kebijaksaan dan kearifan, seperti yang dilakukan oleh Socrates. Salam KAGAMA.[]

*Alumnus Program Magister Ekonomika Pembangunan (MEP) Predikat Cum Laude, UGM, bekerja di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI

Baca juga: Pelajaran yang Bisa Dipetik dari Pandemi Covid-19 di Bidang Ekosistem dan Lingkungan