Batara Kala adalah Pertanda Kemunculan Wabah dalam Pewayangan

4160

Baca juga: Ganjar Harapkan Rekomendasi dari KATGAMA untuk Bantu Penanganan Wabah

Namun, angkara di sini berasal dari kata makara-kara yang berarti meruap-ruap, berkobar-kobar.

“Kita membayangkan pageblug mayangkara sebagai pandemi yang menyebar cepat dan efeknya besar, tak terkendali. Pageblug mayangkara murup mulat-mulat (wabah penyakit yang menyala berapi-api),” ujar Rudy.

Rudy menyebut faktor spiritual bisa jadi penyebab kemunculan pageblug.

Kendati demikian, ada beberapa faktor lain sebagaimana yang tertulis dalam naskah Cariyosipun Dhalang Karungrungan.

Dalam naskah itu, pageblug muncul huru-hara yang ditimbulkan oleh Batara Kala.

Baca juga: Aksi Duo KAGAMA Gelanggang Bantu Petani yang Kesulitan akibat Covid-19

Batara kala bisa dimaknai sebagai raksasa, waktu, atau jerat penderitaan yang membelenggu.

Uniknya, Batara Kala juga disebut turun tidak dalam wujud besar. Melainkan dalam bentuk lembut, bercampur air, dan berbaur dengan udara.

Ciri-ciri seperti ini mirip dengan virus corona. Hanya saja, kata Rudy, dalam bahasa seni Batara Kala tetap dijelaskan secara personifikasi (sosok).

“Dalam Cariyosipun Dhalang Karungrungan Batara Kala disebut sebagai sebuah energi yang tak kelihatan dan mampu bercampur dengan air,” tutur Rudy.

“Batara Kala tidak bekerja sendirian. Saat turun ke dunia dia dibantu bucara-bucari cacah 144 saben siji abala 100. Sehingga ada 14.400 komandan.”

“Hal ini juga menunjukkan bahwa pekerjaan Batara Kala lingkupnya besar dan sangat menular,” terang pria asal Solo ini. (Ts/-Th)

Baca juga: Ketua Program Profesi Apoteker UGM: Masyarakat Tidak Perlu Ikut-ikutan Konsumsi Deksametason