Ketua KAGAMA Farmasi Jelaskan Cara agar Indonesia Lepas dari Ketergantungan Alat Kesehatan Impor

985

Baca juga: KAGAMA Kediri Salurkan Bantuan APD dari Deru UGM untuk Puskesmas dan Rumah Sakit

“Sebab, itu tergantung dari hulu sampai hilir, komprehensif. Mulai dari komponen hingga supporting partnya,” sambung pria yang juga jadi komisaris PT Phapros ini.

Lebih lanjut, Masrizal menilai, industri dalam negeri punya segala formula untuk memproduksi alkes. Namun, jika bahannya masih impor 95 persen, hal itu berarti sama saja.

Sebab, jikalau dalam keadaan darurat seperti Covid-19 saat ini, semua supplier bahan pasti akan mementingkan kebutuhan dalam negerinya sendiri.

Masrizal lalu mencontohkan pada masker yang dinilai orang-orang sebagai produk yang sederhana.

Kata dia, ada bahan yang belum bisa dibuat di Indonesia, yakni lapisan melt blown filter.

Karena itu, Masrizal menekankan penting membangun industri mulai hulu sampai hilir.

Lantas, bagaimana cara mengubah stigma agar orang-orang mau memakai produk dalam negeri?

Baca juga: Alumnus HI UGM Angkatan 1989 Dilantik Jadi Staf Ahli Kemenko Marves

Sementara itu, hingga saat ini masih ada orang yang mengharuskan brand impor.

Terkait hal ini, Masrizal mengatakan bahwa harus ada kebijakan secara bertahap untuk bisa memberikan peluang.

Untuk saat ini, alkes yang tidak memerlukan tingkat presisi tinggi harus diberikan ruang sebesar-besarnya.

Dengan demikian, riset dan pengembangan industri alkes dalam negeri akan ikut meningkat.

Sehingga kelak, industri dalam negeri bisa memproduksi alkes invasif yang mensyaratkan tingkat presisi tinggi.

“Selama end user (fasilitas kesehatan) tidak memberikan peluang kepada produsen dalam negeri, kita tidak akan bergerak secepat apa yang diharapkan pemerintah,” ujar Masrizal.

“Kepercayaan end user bisa tumbuh dengan clinical trial. Yakni memberikan kesempatan alkes untuk dipakai di luar kepentingan bisnis.”

“Meski begitu, end user juga tidak bisa dipaksa selama alkes tidak terbukti aman,” pungkas pria kelahiran 7 Agustus 1955 tersebut.
 (Ts/-Th)

Baca juga: Alumnus Farmasi UGM Angkatan 1983 Resmi Nakhodai Badan Standardisasi Nasional