Ketua KAGAMA Farmasi Jelaskan Cara agar Indonesia Lepas dari Ketergantungan Alat Kesehatan Impor

985

Baca juga: Ari Dwipayana Imbau Masyarakat Konsumsi Produk Kesehatan Dalam Negeri

Ketiga, mendotong lahirnya industri komponen pendukung alkes. Keempat, mencapai tingkat substitusi impor 35 persen (saat ini masih 7 persen).

Keempat hal tersebut dinilai Masrizal bisa diwujudkan asalkan stakeholder (pemangku kepentingan) juga memberi dukungan penuh.

“Para stakeholder saat ini belum sesuai dengan harapan kami dalam mengakselerasi produksi alkes lokal,” ujar Masrizal.

Stakeholder yang saya maksud adalah pelaku usaha, lembaga riset dan penelitian, lembaga pendidikan, regulator dan birokasi, end user dan fasilitas kesehatan, dan buyers,” jelasnya.

Masrizal dapat mengatakan demikian lantaran dirinya berkecimpung di dunia alat kesehatan.

Baca juga:  Peneliti Alumnus UGM Sebut Hal yang Ditengarai Membuat Covid-19 di Indonesia Tak Kunjung Reda

Pria kelahiran Payakumbuh ini merupakan direktur dari PT Graha Teknomedika dan PT Rining Prima Putra.

Menurut Masrizal, stakeholder penting karena merekalah pembuka jalan agar alkes dalam negeri dapat diterima buyers.

Stakeholder termasuk di antaranya para apoteker yang menurutnya masih kurang perhatian terhadap industri alkes.

Padahal, katanya, Permenkes No 1189 pasal 25 tahun 2010  menyebut bahwa apoteker adalah penanggung jawab teknis industri alkes.

“Untuk mengurangi ketergantungan impor itu tidak hanya tergantung pada industri,” ujar Masrizal.

Baca juga: Penelitian di Bidang Kesehatan Harus Jadi Prioritas