Perang Panjang Perebutan Kekuasaan Mataram yang Diakhiri Perjanjian Salatiga

2963
Dosen UNY alumnus UGM, Dr. Purwadi, M.Hum mengisahkan pertempuran sebelum Perjanjian Salatiga ditandatangani. Foto: Ist
Dosen UNY alumnus UGM, Dr. Purwadi, M.Hum mengisahkan pertempuran sebelum Perjanjian Salatiga ditandatangani. Foto: Ist

KAGAMA.CO, YOGYAKARTA – Pada 17 Maret 1757, peristiwa bersejarah terjadi di Kalicacing, Salatiga.

Adalah Perjanjian Salatiga yang menandai kemunculan Pura Mangkunegaran.

Perjanjian ini sekaligus menjadi solusi yang mengakhiri konflik perebutan kekuasaan Mataram.

Meski demikian, Kesultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta harus merelakan sebagian wilayah kekuasannya kepada Raden Mas Said.

Wilayah yang dikuasai Raden Mas Said (Pangeran Sambernyawa) adalah Ngawen (Gunungkidul), Karanganyar, dan Wonogiri.

Tiga wilayah tersebut lantas tergabung dalam Praja Mangkunegaran.

Raden Mas Said pun mendapat gelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara I atas wilayah yang dikuasainya tersebut.

Baca juga: Mencicipi Gudeg Tertua di Jogja, Pertahankan Resep yang Sama Hampir Seabad

Istana Mangkunegaran lantas berdiri dan diresmikan langsung oleh Raja kedua Kasunanan Surakarta, Sinuwun Pakubuwono III.

Menurut Ketua Lokantara (Lembaga Olah Kajian Nusantara) Dr. Purwadi, M.Hum. penandatanganan perjanjian tentang pendirian Pura Mangkunegaran ini juga menjadi awal pemberdayaan sastra budaya yang adiluhung. Khususnya di wilayah Wonogiri, Pacitan, dan Karanganyar.

“Dari perjanjian Salatiga inilah  kebangkitan sastra budaya berkembang dengan sangat baik,” kata Purwadi, kepada Kagama.

Beberapa tahun sebelum Perjanjian Salatiga ditandatangani, pertumpahan darah telah terjadi di mana-mana.

Purwadi mengatakan, pemberontakan beberapa pangeran di Kartasura membuat Sunan Pakubuwono II sedih, jatuh sakit, hingga surut ing kasedan jati (meninggal dunia).

Pakubuwono II telah berpesan agar puteranya, Pangeran Adipati Anom, diangkat menjadi penggantinya.

Sementara itu, perang dimulai ketika Sultan Kabanaran (Hamengkubuwono I) mengerahkan barisannya ke berbagai penjuru.

Baca juga: Detik-detik Sebelum Ayah Jaka Tingkir Dieksekusi Kerajaan Demak