Baca juga: Alami Gangguan Psikologis Selama Pandemi Bisa Hubungi 119 Ext 8, Begini Cara Kerjanya
Kata Jaka, risiko terkena hama dalam urban farming tidaklah besar. Bahkan, risikonya semakin minim jika tanaman yang dikembangkan bervariasi.
“Risiko bisa dikurangi dengan memperkecil skala dan memperbesar variasi,” ujar Jaka.
Bagi Jaka, urban farming pada era modern memang harus menguntungkan. Jika menguntungkan, lanjutnya, tentu bisa menambah pemasukan, khususnya bagi masyarakat terdampak wabah.
Di samping itu, lulusan S3 University of Tokyo ini menyarankan agar warga satu kampung menanam komoditas yang berbeda-beda.
Hal itu dimaksudkan agar warga bisa saling bertukar produk. Terkait potensi di daerah Jogja, Jaka melihat bahwa urban farming masih harus ditingkatkan.
“Di kotamadya sudah dimulai. Banyak kampung yang membudidayakan di depan dan di pinggir jalan, tetapi masih terbatas,” kata Jaka.
“Belum mengarah ke bisnis, sekadar memanfaatkan lahan yang ada,” ujar pria yang sempat kuliah di Matematika UGM ini.
Menurutnya, urban farming di Jogja masih bisa diperbaiki untuk mendukung ketahanan pangan.
Kemudian, urban farming juga harus diarahkan ke tanaman bernilai ekonomi tinggi agar bisa menghasilkan pendapatan. (Ts/-Th)
Baca juga: KAGAMA Rejang Lebong Sumbangkan Bantuan untuk Masyarakat Terimbas Covid-19