Pemuka Arwah Tanah Jawa Berkumpul di Kraton Surakarta saat Malem Selikuran Ramadan

1401
Dosen UNY alumnus UGM, Dr. Purwadi, S.S., M.Hum, membabar upacara Malam Selikuran yang digelar Kraton Surakarta Hadiningrat pada Bulan Ramadan. Foto: Ist
Dosen UNY alumnus UGM, Dr. Purwadi, S.S., M.Hum, membabar upacara Malam Selikuran yang digelar Kraton Surakarta Hadiningrat pada Bulan Ramadan. Foto: Ist

KAGAMA.CO, BULAKSUMUR – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi Idul Fitri akan jatuh pada 24 Mei 2020.

Jika demikian, maka Ramadan menyisakan sembilan hari lagi. Fase ini merupakan sebuah keutamaan bagi umat Islam untuk menggenjot ibadahnya.

Pasalnya, mereka yang beruntung niscaya akan menemui malam teristimewa dari seribu bulan, Lailatulqadr.

Ketua Lembaga Olah Kajian Nusantara (LOKANTARA), Dr. Purwadi, menyebutnya dengan padhang bulan ri sedheng purnama sidi (bagaikan bulan purnama yang bersinar).

Kedatangan Lailatulqadar pun disambut dengan sukacita oleh masyarakat Jawa.

Dalam hal ini, Kraton Surakarta Hadiningrat menggelar kegiatan adat upacara Malem Selikuran setiap 21 Ramadan.

Alumnus Fakultas Filsafat UGM ini menjelaskan, upacara Malem Selikuran sudah berlangsung lebih dari dua abad.

Baca juga: Cara Dubes Kristiarto dan KBRI Canberra Obati Rindu WNI Australia akan Ramadan di Tanah Air

“Kraton Surakarta berdiri tahun 1745 dan sejak itu pula upacara Malem Selikuran diagendakan tiap tahun,” tutur Purwadi kepada Kagama.

Menurut Purwadi, agenda peringatan malam lailatulqadr menunjukkan eksistensi Kraton Surakarta yang bercorak Islam.

Namun, ada berbagai unsur kebudayaan yang dilebur (akulturasi) menjadi satu kesatuan harmonis nan estetis. Yakni budaya Hindu, Budha, Islam, Jawa dan Eropa.

Menurut Purwadi, dulu beberapa kerajaan Islam di dunia sengaja menghadiri Malem Selikuran untuk belajar praktik akulturasi budaya.

Selain itu, konon, semua pemuka arwah di Tanah Jawa berkumpul di Kraton Surakarta untuk menonton keagungan upacara ini.

Saat menyaksikan upacara Malem Selikuran beberapa tahun silam, Purwadi melihat para peserta sudah hadir untuk berkumpul sejak pukul 18.30 WIB.

Kata dia, peserta upacara Malem Selikuran terdiri dari abdi dalem garap, abdi dalem bahu tukon dan abdi dalem anon-anon.

Baca juga: Lulusan Hukum UGM Asal Kulon Progo Bakal Diangkat Jadi Dubes RI untuk Takhta Suci Vatikan