Sejarawan UGM Ungkap Kapan Istilah Pageblug Muncul di Tanah Jawa

1525

Baca juga: Alumnus Filsafat UGM Angkatan 1985 Emban Amanah sebagai Direktur Keuangan PT KAI

Uddin pun memberikan beberapa contoh rekam sejarah yang dituliskan oleh manusia, khususnya di Nusantara, tentang adanya wabah.

Baik itu epidemi (penyebaran penyakit secara besar dan cepat) maupun pandemi (epidemi yang terjadi di lingkup besar).

Seperti pada relief Karmawibhangga, yang terletak di bagian bawah Candi Borobudur.

Kemudian, dari narasi yang dibaca Uddin, salah satu alasan Kerajaan Mataram (abad 8-10) pindah dari Jawa Tengah ke Jawa Timur disebabkan karena wabah.

Meskipun demikian, kata Uddin, belum ada yang dapat menjelaskan wabah apa yang terjadi sekitar tahun 928 itu.

Baca juga: Bupati Kutim Alumnus UGM Gandeng Paguyuban untuk Perketat Aturan Pencegahan Penularan Covid-19

Lebih lanjut, wabah juga disebut Uddin yang membuat Kesultanan Mataram (abad 16-17) kehilangan raja terakhirnya, Amangkurat I.

“Dalam Babad Tanah Jawi, kita bisa membaca bahwa Amangkurat I meninggal di Tegal karena penyakit,” kata Uddin.

“Istilah pageblug muncul di Babad Tanah Jawi. Pageblug adalah kondisi banyak orang sakit, udara tidak baik, dan hujan tidak turun. Sehingga, udaranya panas,” terangnya.

Menurut alumnus Sejarah FIB UGM angkatan 1990 tersebut, kondisi itu membuat Negeri Mataram seolah terbakar. Sementara, katanya, setiap hari selalu ada orang yang meninggal.

“Hal itu dijelaskan Babad Tanah Jawi dengan istilah isuk lara sore mati, sore lara isuk mati (pagi sakit sore meninggal, sore sakit pagi meninggal),” terang Uddin.

Baca juga: Sosok yang Gigih dan Tak Pernah Mengeluh Itu Telah Tiada