Gojlokan dari 2 Profesor FIB UGM yang Membuat WS Rendra Melegenda

2277

Baca juga: Lewat Program KAGAMA Berbagi, KAGAMA Rokan Hilir Sumbang APD untuk Tenaga Medis

Apresiasi setinggi langit kepada ayah 11 anak itu diucapkan oleh beberapa orang yang hadir dalam acara pemberian gelar penghormatannya.

Pertama dari sang promotor, Prof. Dr. Siti Chamamah Suratno. “Pikiran-pikirannya, karya-karyanya menampilkan darma bakti yang besar bagi perkembangan sastra dan kebudayaan di Indonesia,” ucap Chamamah.

“Serta telah menjadi kesadaran kolektif tentang diri masing-masing setiap warga bangsa ini,” lanjutnya.

Sementara itu, pakar sastra barat UGM, Prof. Bakdi Soemanto, menilai, sosok Rendra merupakan manusia langka yang memiliki kreativitas tinggi dalam seni dan kebudayaan.

Kemudian, budayawan Emha Ainun Nadjib yang hadir juga ikut berkomentar.

Pria yang akrab disapa Cak Nun itu memandang pemikiran Rendra melesat melampaui zamannya.

“Rendra adalah seorang penyair, dari tahun 67 dan 68 dia telah membuat puisi yang mengandung kesenian, kemudian melebar ke kebudayaan, merangkum politik.”

Baca juga: Bupati Kutai Timur Alumnus UGM Luncurkan Aplikasi My Aspal Pengganti Pasar Ramadan

“Aspirasi yang dikemukakan Rendra tadi (dalam pidato), sebenarnya sudah dikemukakan di tahun 70-an, artinya dia sudah layak jadi doktor.”

“Jadi tahun 67-68 dia seperti masih sarjana S1, tahun 72-73 banyak rangkuman karya sosial dan politik. Berarti dia sudah doktor,” jelasnya.

Setahun setelah menerima gelar penghormatan dari UGM, W.S. Rendra meninggalkan dunia untuk selama-lamanya.

Dia meninggal pada 6 Agustus 2009 pukul 21.30 WIB dalam usia 73 tahun.

Serangan komplikasi penyakit membuat sang legenda mengembuskan napas terakhir di RS Mitra Keluarga, Depok. (Ts/-Th)

Baca juga: KAGAMA Riau Salurkan Bantuan Sembako untuk Pekerja Seni Tradisional di Pekanbaru