Gojlokan dari 2 Profesor FIB UGM yang Membuat WS Rendra Melegenda

2291

Baca juga: Misi Dalang Muda Ki Rizky Widia Fatturohman, Dorong UKJGS UGM Lebih Profesional

“Metode itu, dulunya saya banyak dipengaruhi oleh Mas Umar Kayam, sedangkan dari Mas Kusnadi itu selalu mengerem keliaran-keliaran saya,” tegasnya.

Rendra juga secara khusus memberikan kredit kepada Prof. Kusnadi yang ‘menggojlok’-dirinya.

“Sempat dalam pikiran saya, ini (Kusnadi) mencegah tujuan saya yang sering iseng dan mengandung tujuan,” ucap Rendra.

“Makanya saya sering diberi seruan dari soal-soal dedikasi dan sebagainya.”

“Mas kusnadi itu orangnya kritis sekali, padahal saya baru masuk UGM saat itu, lho,” katanya.

Sejak di UGM itulah karya-karya Rendra dikenal orang. Seperti Balada Orang Tercinta (1956), Empat Kumpulan Sajak (1961), Blues untuk Bonnie (1971), Sajak-sajak Sepatu Tua (1972).

Saat namanya sedang naik daun, dia pergi ke Amerika Serikat untuk menimba ilmu seni drama dan tari.

Baca juga: Ketua KAGAMA Bogor Raya Sebut Jargon ‘Guyub Rukun Migunani’ Tak Pernah Salah

Yaitu setelah Rendra mendapat beasiswa dari American Academy of Dramatics Arts, New York (1964-1967).

Kemudian, dia kembali ke tanah air dan mendirikan Bengkel Teater yang masih eksis hingga kini.

Keberadaan Rendra sebagai sastrawan memberikan pengaruh besar terhadap Indonesia.

Terutama terkait kritik-kritik sosial yang disampaikan melalui sajak yang dia produksi secara konsisten.

Karena itulah, Rendra layak menjadi doktor honoris causa ke-20 UGM.

“Saya sangat senang sekali. Ini sebagai bukti rangkulan dari almamater, ibarat anak yang diperhatikan oleh ibunya,” ujar Rendra.

“Ini sebagai bentuk keterbukaan UGM. Karena waktu saya mau mentas di sini dilarang pada jamannya Rektor Pak Sukadji (Ranuwihardjo). Jadi sekarang sudah terbuka,” sambungnya.

Baca juga: Sosiolog UGM Ungkap Kunci Penting Mengatasi Permasalahan Desa di Tengah Pandemi Covid-19