Social Distancing Perlu Diimbangi dengan Peningkatan Kapasitas Deteksi Covid-19

220
Doni memprediksi Indonesia saat ini hanya memiliki kapasitas deteksi sebesar 2 persen. Foto: Solopos
Doni memprediksi Indonesia saat ini hanya memiliki kapasitas deteksi sebesar 2 persen. Foto: Solopos Riris Andono Ahmad-Peneliti Utama Eliminate Dengue Project Yogyakarta (EDP-Yogya), Yogyakarta, Kamis (31/08/2016).

KAGAMA.CO, BULAKSUMUR – Menyikapi wabah Covid-19, pemerintah menerapkan kebijakan social distancing.

Kebijakan tersebut baru diterapkan pemerintah dua minggu setelah kasus pertama.

Koordinator Tim Respons Covid-19 UGM, dr. Riris Andono Ahmad, MPH, PhD, mengatakan bahwa kebijakan tersebut bisa dibilang terlambat.

Hal ini berdampak pada transmisi penyakit. Selain itu, kapasitas penemuan kasus juga berpengaruh pada transmisi tersebut.

“Intinya pergerakan orang akan mempengaruhi bagaimana virus Corona dapat menyebar,” tutur Doni dalam jumpa pers daring, pada Senin (30/03/2020).

Baca juga: Punya Jasa Cuci Sepatu Premium, dr. Tirta Alumnus Kedokteran UGM Ini Awalnya Jualan Gorengan

Dalam paparan skenario penyebaran Covid-19 yang dibuatnya, Doni membagi empat karakteristik kelompok populasi.

Yakni dewasa pekerja non formal, dewasa pekerja formal, dewasa dan tua tidak bekerja, serta anak-anak sekolah.

Misalnya pekerja kantoran, selama bermobilitas dari rumah ke kantor dan sebaliknya, kemudian kontak dengan orang yang memiliki imun kurang baik, ada kemungkinan dia bisa terinfeksi.

Sementara pekerja non formal, mobilitasnya jauh lebih tinggi daripada pekerja kantoran.

Dari segi jarak perjalanan umumnya lebih jauh, bertemu orang lebih banyak, dan intensitas pergerakannya lebih tinggi.

Baca juga: Guru Besar Fakultas Kehutanan UGM Ungkap Peran Hutan dalam Melindungi Manusia dari Penyakit