Budi Setiyono, Satu-Satunya Komandan Satuan Resimen Mahasiswa UGM yang Jabat Dua Periode

3043

Baca juga: Alumnus Teknik Elektro UGM Ini Sukses Lunasi Utang Rp1,4 Miliar dalam 6 Bulan dari Jualan Panci

Serta menyadarkan mahasiswa tentang betapa sulitnya mempertahankan NKRI.

Hal kedua yang membuat Udhiek bangga saat menjadi komandan batalion Menwa UGM adalah terlaksananya pendidikan terjung payung para dasar.

Waktu itu, ada 10 peserta perwakilan dari UGM.

“Itu terjun payung sederhana, terjun payung statis. Payung pasti mengembang karena diikatkan di pesawat saat dibuka,” ucap Udhiek.

“Selama melompat dengan benar dari pesawat, tidak ada masalah yang terjadi,” terangnya.

Udhiek mengatakan, pendidikan terjun payung sebetulnya sudah ada sebelumnya.

Namun, dulu terjun payung menjadi satu dalam Suskapin (Kursus Kader Calon Pemimpin).

Diklat SAR tingkat Nasional diselenggarakan oleh Menwa Batalyon 1 UGM. Foto: Arsip Menwa UGM
Diklat SAR tingkat Nasional diselenggarakan oleh Menwa Batalyon 1 UGM. Foto: Arsip Menwa UGM

Baca juga: Obyek Wisata Indonesia Diminati Banyak Pengunjung Holiday World 2020

Hanya saja, jarang sekali ada wakil dari UGM yang ikut Suskapin karena agenda berlangsung selama 3 bulan dan tempatnya di Jakarta.

Bagi Udhiek, latihan terjun payung bisa melatih keberanian dan tanggung jawab untuk menyelamatkan diri sendiri.

“Di situ kami belajar SOP yang benar, kepercayaan diri, keberanian dan tanggung jawab agar payung bisa mengembang,” ujar Udhiek.

“Saat sudah berada di angkasa, Anda tidak bisa minta tolong siapa-siapa, harus diselesaikan sendiri,” jelas Ketua Keluarga Alumni Resimen Mahasiswa UGM (Kamenwagama) ini.

Adapun program ketiga yang berkesan bagi Udhiek adalah Pendidikan SAR (Search and Rescue) Nasional.

Dia mengatakan, Menwa dulu menjadi andalan UGM saat ada musibah di sekitar lingkungan.

Pasalnya, kampus yang lahir pada 1949 ini belum punya Tim SAR waktu itu.

Untuk itu, dia ingin beberapa UKM yang punya jiwa SAR untuk membuat tim sendiri.

“Kami menyelenggarakan pendidikan SAR mahasiswa se-Indonesia. Pesertanya dari mana-mana,” kata Udhiek.

Udhiek, yang pensiun dari Perhutani pada 2015, menjelaskan bahwa pendidikan SAR Nasional itu merupakan yang pertama di UGM.

Di kegiatan itu, ada sekitar 100 orang yang mengikuti pelatihan selama 5 hari. Mereka dilatih oleh profesional dari marinir.(Ts/-Th)

Baca juga: Dulu Sopir Colt Kampus saat Kuliah, Basuki Sutarjo Ingin Berikan Beasiswa Lewat KAKGIGAMA