Alumnus UGM Punya Satu Solusi untuk Redam Konflik Antarsuku di Papua

497
Bupati Puncak, Willem Wandik, menilai bahwa Kulit Bia bisa jadi media perdamaian di tanah Papua. Foto: Antara
Bupati Puncak, Willem Wandik, menilai bahwa Kulit Bia bisa jadi media perdamaian di tanah Papua. Foto: Antara

KAGAMA.CO, PUNCAK – Dalam satu dekade terakhir, Papua masih diliputi perang antarsuku.

Sebagai contoh yang terjadi di Kabupaten Mimika pada 2016.

Kala itu, beberapa suku terlibat konflik yang memakan korban perempuan dan anak-anak.

Melansir Berita Satu, situasi yang tidak kondusif kala itu mengakibatkan 543 warga Kampung Yile-Yale, Distrik Kwanki Narama, Kabupaten Mimika harus mengungsi.

Perang antarsuku di Papua turut menjadi perhatian bagi Bupati Kabupaten Puncak, Willem Wandik.

Bupati Puncak, Willem Wandik, menggaungkan satu warisan budaya di tanah Papua. Foto: Diskominfo Kabupaten Puncak
Bupati Puncak, Willem Wandik, menggaungkan satu warisan budaya di tanah Papua. Foto: Diskominfo Kabupaten Puncak

Baca juga: Didi Kempot Beri Contoh Kebhinnekaan pada Malam Temu Alumni FK-KMK UGM 2020

Alumnus Magister Ekonomika Pembangunan UGM ini menilai ada satu warisan budaya Papua yang bisa membantu meredakan konflik.

Warisan itu adalah Kulit Bia alias alat tukar yang digunakan sejak zaman nenek moyang.

Untuk diketahui, Kulit Bia merupakan hasil laut semacam kerang.

Sekeping Kulit Bia memiliki nilai yang tergolong besar jika dirupiahkan.

Untuk kelas teratas, Karebo, nilainya bisa mencapai Rp1 miliar.

Baca juga: Baru Dibentuk, Pengda KAGAMA Sukoharjo Siapkan Program untuk Memajukan Daerah