Keseimbangan Kepentingan Jadi Tantangan Merawat Hubungan Manusia dan Satwa Liar

522
Tidak mudah mendamaikan konflik-konflik kepentingan yang merebutkan ruang hidup antara satwa liar dan manusia dalam realitas sosio-ekonomi Indonesia. Foto: Humas UGM
Tidak mudah mendamaikan konflik-konflik kepentingan yang merebutkan ruang hidup antara satwa liar dan manusia dalam realitas sosio-ekonomi Indonesia. Foto: Humas UGM

KAGAMA.CO, BULAKSUMUR – Kepunahan keanekaragaman hayati merupakan salah satu bukti dari aktivitas manusia yang tidak terkendali.

Hal tersebut disampaikan oleh dosen Fakultas Kehutanan UGM, Prof. Dr. Satyawan Pudyatmoko, M.Sc., IPU, dalam pidato pengukuhan guru besarnya pada Rabu (25/02/2020), di Balai Senat UGM.

Lewat pidatonya yang berjudul Merawat Hubungan Manusia dan Satwa Liar, dia menyampaikan saat ini nilai laju kepunahan berkisar 100 hingga 1.000 kepunahan per sejuta spesies per tahun.

Bahkan, sekitar 10-30 persen spesies mamalia, burung dan amfibi juga terancam punah.

“Perdagangan global satwa liar merupakan ancaman serius dalam upaya pelestarian keanekaragaman hayati. Pasalnya, pasar gelap satwa liar adalah bisnis yang sangat menguntungkan setelah obat-obat terlarang, persenjataan dan barang-barang palsu,” ungkapnya.

Baca juga: 5 Poin Landasan Penting Rimbawan KAGAMA bersama Gerakan Masyarakat Peduli Hutan Indonesia

Melalui perspektif ekonomi, Satyawan melihat keanekaragaman hayati berpengaruh langsung terhadap kesejahteraan manusia.

Secara global, lebih dari separuh populasi manusia bergantung langsung pada keanekaragaman hayati.

“Sedangkan keberadaan satwa liar mendukung kehidupan 15 persen populasi manusia yang merupakan sumber utama protein bagi lebih dari 1 miliar penduduk miskin,” ungkap Kepala Laboraturium Pengelolaan Satwa di Departemen Konservasi Sumber Daya Hutan, Fakultas Kehutanan UGM itu.

Keberadaan satwa liar, kata Satyawan, juga memberikan kontribusi besar pada perkembangan ilmu kesehatan, serta memberikan kemaslahatan bagi manusia.

Namun dalam praktiknya, konservasi satwa liar di Indonesia menghadapi tantangan yang sangat berat.

Baca juga: Muhammad Anan Selesaikan Program D3 Teknologi Instrumentasi Kurang dari 2,5 Tahun