Kisah Agung, Wisudawan Terbaik Fakultas Geografi yang Punya Cita-cita Berseberangan dengan Keinginan Ortunya

4602

Baca juga: Cerita Lulusan Sastra Arab UGM yang Kuliah di 3 Tempat Gara-gara Sukai Sastra dan Seni

Empat setengah tahun berselang, hari berbahagia bagi penerima beasiswa Bidik Misi ini pun tiba.

Agung diwisuda bersama 1.606 wisudawan Program Sarjana dan Diploma periode II 2019-2020, Rabu (19/2/2020).

Lebih mengesankan lagi, namanya dipanggil sebagai wisudawan terbaik Fakultas Geografi UGM dengan menggondol IPK 3,75.

Agung lulus setelah menyelesaikan skripsi berjudul Kajian Pengaruh Pasang Surut terhadap Kondisi Air Tanah di Pulau Gili Ketapang.

Perjuangan semasa kuliah pun menyisakan kisah suka, duka, nan jenaka yang tak bisa hilang dari ingatannya.

Misalnya pada semester empat, ketika Agung berspekulasi mengambil enam praktikum, padahal idealnya 4-5 saja.

Hal itu membuatnya sering begadang mengerjakan laporan praktikum di sekre himpunan jurusan.

Baca juga: Lulusan Terbaik Filsafat Ini Sukai Dunia Anak-anak

Karena itu, Agung jadi jarang pulang ke kosnya yang ada di Karangmalang.

“Waktu itu, Saya pulang ke kos cuma Sabtu sama Minggu buat mandi dan tidur,” tutur Agung.

“Saya jadi ansos (anti-sosial) karena gak pernah menyapa lingkungan. Astaga!” kenangnya.

Namun, hal itu seolah terbayar karena berkuliah di Geografi dan Ilmu Lingkungan membuat Agung sering jalan-jalan.

“Sukanya itu Saya dulu kan jarang main ke Jogja dan tempat lainnya. Karena ada Kuliah Kerja Lapangan, Saya jadi bisa tahu Jogja, Magelang, hingga Ungaran,” kata Agung.

“Selain itu, ada juga kegiatan praktikum lapangan. Asyiknya di situ,” tutur lelaki yang punya hobi joging, futsal dan bulu tangkis ini.

Baca juga: Konsumsi Daging Unggas Meningkat, Angin Segar bagi Lulusan Peternakan

Satu cerita jenaka dikisahkan Agung saat memasuki semester 8.

Kala itu, jumlah SKS (Satuan Kredit Semester) Agung sebetulnya sudah mencukupi untuk mengambil skripsi setelah menyelesaikan kuliah blok 1 pada semester 7.

Namun, dia iseng untuk mengambil kuliah blok 2 pada semester 8.

Tak disangka, jumlah SKS Agung ternyata sudah melebihi batas.

“Saya harus mencoret tujuh SKS karena overload. Saya tidak sadar saat mengambil mata kuliah tiap semester. Dosen Pembimbing Akademik Saya pun tidak mengecek,” katanya, diikuti tawa. (Ts/-Th)

Baca juga: Sekolah Vokasi UGM Buka Program Sarjana Terapan, Apa Bedanya dengan S1 Biasa?