Menyelisik Jejak Presiden Sukarno di Masjid Biru Saint Petersburg, Rusia

996
Dubes RI untuk Federasi Rusia dan Republik Belarus, M Wahid Supriyadi, menemukan fakta tentang Presiden Sukarno berkunjung ke St. Petersburg, Rusia. Foto: KBRI Moskow
Dubes RI untuk Federasi Rusia dan Republik Belarus, M Wahid Supriyadi, menemukan fakta tentang Presiden Sukarno berkunjung ke St. Petersburg, Rusia. Foto: KBRI Moskow

KAGAMA.CO, PETERSBURG – Kamis (20/2/2020), Dubes RI untuk Federasi Rusia dan Republik Belarus M. Wahid Supriyadi melakukan kunjungan resmi ke Kota St. Petersburg.

Dalam kunjungan tersebut, Dubes Wahid bertemu dengan Ravil Pancheev, Ketua Dewan Muslim wilayah St. Petersburg dan Barat Laut Rusia.

Di kantornya, Pancheev bercerita kepada Dubes Wahid tentang sumbangsih Presiden Sukarno terhadap masjid terbesar se-Eropa yang ada di St. Petersburg, Masjid Biru.

Kebetulan, Pancheev adalah Mufti Masjid Biru yang mendengar cerita tentang Presiden Sukarno dari ayahnya.

Cerita Mufti Pancheev dimulai pada 1956, ketika Ketua Dewan Menteri Uni Soviet, Nikita Khrushchev, mengundang Presiden Sukarno untuk berkunjung.

Kata Dubes Wahid, Presiden Sukarno mensyaratkan kepada pemimpin Uni Soviet itu untuk menemukan makam salah seorang cendekiawan Muslim terkenal, Imam Buchari, sebagai syarat kunjungannya.

Hal itu agar mengindari kesan Indonesia berada pada pengaruh blok Uni Soviet.

Dubes RI untuk Federasi Rusia dan Republik Belarus, M Wahid Supriyadi, menemukan fakta tentang Presiden Sukarno berkunjung ke St. Petersburg, Rusia. Foto: KBRI Moskow
Dubes RI untuk Federasi Rusia dan Republik Belarus, M Wahid Supriyadi, menemukan fakta tentang Presiden Sukarno berkunjung ke St. Petersburg, Rusia. Foto: KBRI Moskow

Baca juga: Melestarikan Budaya ala KAGAMA Beksan Balikpapan, Anak-anak Diajak Menari

“Tidak jelas dari mana Presiden Sukarno mendapat ide itu. Tentu saja Khrushchev kebingugan dan sempat menanyakan lagi ke Sukarno. Sukarno pun tetap pada pendiriannya,” kata Dubes Wahid, dalam rilis yang diterima Kagama.

Lulusan Sastra Inggris UGM ini mengatakan, dunia mulai melirik Indonesia sebagai satu kekuatan baru kala itu.

Terutama saat Indonesia berhasil menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika di Bandung pada April 1955.

Hal itu membuat Amerika Serikat dan Uni Soviet, sebagai dua kekuatan besar saat itu, berusaha menarik perhatian negara-negara di dunia untuk menjadi satelitnya, tak terkecuali Indonesia.

“Beruntung dari awal Indonesia memposisikan diri sebagai negara non-blok dengan politik bebas aktifnya,” kata Dubes Wahid.

“Hal itu sangat dipahami dengan baik oleh Presiden Sukarno,” jelas pria kelahiran Kebumen, Jawa Tengah ini.

Kembali ke cerita kunjungan Presiden Sukarno, Khrushchev dengan jaringan intelijennya akhirnya berhasil menemukan lokasi tempat Imam Buchari dikuburkan.

Baca juga: KAGAMA Bali Rencanakan Bangun Rumah Singgah