Siswanto Pimpin Museum Nasional untuk Tampil Modern

1578
Kepala Museum Nasional Siswanto ingin masyarakat yang datang tidak sekadar melihat koleksi, tapi juga bisa melihat dan melakukan berbagai aktivitas seni dan budaya. Foto: Josep/KAGAMA
Kepala Museum Nasional Siswanto ingin masyarakat yang datang tidak sekadar melihat koleksi, tapi juga bisa melihat dan melakukan berbagai aktivitas seni dan budaya. Foto: Josep/KAGAMA

KAGAMA.CO, JAKARTA – Mengubah konsep museum menjadi lebih modern bukan berarti mengubah konsep visi, misi, dan nilai sejarahnya, tetapi mengubah pola pikir masyarakat sehingga lebih tertarik untuk datang ke museum.

Museum Nasional (Musnas), kerap disebut Museum Gajah yang berlokasi di Jalan Merdeka Barat 12, Jakarta dan mempunyai potensi koleksi, potensi fasilitas prasarana dan sarana, serta potensi sumber daya manusia guna mewujudkan hal itu.

Berpedoman pada konsep museum modern, di bawah kepemimpinan Siswanto, Musnas bergerak melakukan perubahan.

“Musnas tidak dituntut target hasil penjualan tiket pengunjung, tapi tetap dituntut untuk meningkatkan jumlah pengunjung,” ujarnya saat ditemui KAGAMA di kantornya belum lama ini.

Dalam road map kerjanya, salah satu kiat meningkatkan jumlah pengunjung di Musnas adalah memoles lingkungan museum agar lebih menarik serta menyediakan fasilitas ruang publik di mana masyarakat bisa melakukan aktivitas seni dan budaya, seperti pameran karya seni, pentas teater, berlatih menari tarian tradisional, workshop dan seminar, hingga belajar memainkan alat musik seperti gamelan.

Baca juga: Ikut Andil Perdamaian Aceh

Pihaknya ingin masyarakat yang datang tidak sekadar melihat koleksi, tapi juga bisa melihat dan melakukan berbagai aktivitas seni dan budaya.

Oleh sebab itu, pihaknya merangkul komunitas masyarakat, seni, dan budaya untuk beraktivitas di lingkungan museum.

“Jadi orang pun bisa datang ke museum tanpa harus melihat koleksi-koleksi.”

“Bila orang sudah terbiasa ke museum, maka bisa tumbuh dengan sendirinya keinginan untuk menambah pengetahuan terhadap artefak-artefak yang dipajang di Musnas,” tutur lulusan S2 Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada (UGM) ini.

Kuno Tapi Kekinian

Saat ini Musnas tengah merenovasi gedung-gedung tua (gedung cagar budaya).

Selain memperbaiki sarana yang sudah tua, mereka menambahkan perangkat penunjang baru seperti tata pamer (display), tata pencahayaan, pengatur suhu ruangan, dan sebagainya.

Lewat renovasi ini nantinya Musnas diharapkan berpenampilan modern, tak lagi berkesan tua walaupun bangunannya kuno.

“Di samping peningkatan sarana, kami juga meningkatkan pelayanan mulai dari keramahtamahan petugas di loket, satpam, pemandu, sampai kebersihan di toilet.”

“Kami ingin pengunjung merasa nyaman dan aman selama berada di museum. Ini penting agar Musnas mendapat citra yang baik dari masyarakat luas,” ungkap pria yang akrab dipanggil Sis ini.

Dari sisi sumber daya manusia (SDM), Siswanto banyak memberikan kesempatan pada jajarannya untuk mengikuti berbagai pelatihan, seminar, workshop, serta menyekolahkan mereka sehingga kualitas dan kecakapan mereka dalam pengelolaan, pendayagunaan, dan pemeliharaan artefak-artefak koleksi Musnas meningkat.

190 Ribu Artefak

Saat ini Musnas mempunyai koleksi 190 ribu artefak, tapi yang dipajang hanya sekitar dua persen. Sisanya dikelola oleh manajemen Musnas.

Menurut Siswanto, tidak hanya meningkatkan jumlah pengunjung, namun pengetahuan mereka tentang koleksi Musnas juga harus bertambah.

Baca juga: Sebanyak 25 Angkatan Pulang Kampung Peringati Dies Natalis ke-72 FKG UGM

Hal paling penting adalah bagaimana mentransformasikan pengetahuan tentang koleksi yang dimiliki Musnas kepada masyarakat.

“Kami juga mengubah konsep display, bila dulu sekadar memajang benda-benda koleksi yang ada, kini koleksi-koleksi yang dipajang memiliki alur cerita atau storyline yang terangkum dalam satu tema besar, “Menjadi Indonesia”.”

“Jadi pengunjung dapat melihat rangkaian koleksi Musnas mulai dari pintu masuk hingga pintu keluar.”

“Rangkaian artefak itu mulai dari zaman prasejarah hingga Indonesia merdeka di tahun 1945,” paparnya.

Rangkaian artefak tersebut antara lain mengungkapkan keunggulan negara Indonesia mulai dari negara agraris sampai kekayaan budaya.

Itu semua dirangkai dalam satu jalinan cerita. Diharapkan tahun 2020, pihak Musnas bisa merilis tata pamer yang baru untuk Gedung A, diikuti Gedung B dan C.

“Selain wajah gedung menjadi baru, tata pamer di tiap gedung punya storyline yang berbeda-beda,” pungkas Siswanto. (Josep)