Peneliti UGM Sebut Penyelesaian Kasus Kerajaan Abal-abal Tidak Mudah

249
Penipuan oleh kerajaan abal-abal terinternalisasi dalam bentuk keyakinan. Foto: Isimewa
Penipuan oleh kerajaan abal-abal terinternalisasi dalam bentuk keyakinan. Foto: Isimewa

KAGAMA.CO, BULAKSUMUR – Belakangan ini berbagai kerajaan abal-abal muncul di waktu yang hampir bersamaan.

Berawal dari Keraton Agung Sejagat (KAS), kemudian menyusul lagi kerajaan Sunda Empire, King of The King, dan baru-baru ini muncul Kesultanan Salaco di Tasikmalaya.

Meskipun demikian, setiap kerajaan membawa gambaran kasus yang berbeda ketika memunculkan diri ke publik.

Dosen DPP FISIPOL UGM, Bayu Dardias Kurniadi, melalui UGM Podcast mencontohkan, kasus KAS agak berbeda dengan Sunda Empire.

KAS sengaja mengundang media, kemudian polisi bertindak cepat dengan tuduhan pasal penipuan, karena memang ada uang yang disetorkan oleh calon pengikut dalam perekrutan kerajaan ini.

Baca juga: Kerajaan Abal-abal atau Asli? Begini Cara Membuktikannya

Sementara kasus Sunda Empire, sebetulnya sudah cukup lama muncul dan sulit dicari ‘akarnya’.

Baru belakangan ini para petingginya ditetapkan sebagai tersangka, itu pun karena kasus berita hoaks.

”Kenapa yang Sunda Empire lebih lama diselesaikan dibanding KAS, karena Saya kira polisi sangat berhati-hati. Mereka pastikan ketika sudah tertangkap, pasalnya juga sudah jelas,” katanya.

Dia menjelaskan, dalam kasus KAS, mereka merekrut orang dengan pelan-pelan dan dalam proses yang cukup panjang.

Artinya orang yang tergabung tidak menganggap fenomena pendirian kerajaan ini sebagai sesuatu yang salah, sehingga polisi kesulitan untuk menerapkan pasal penipuan.

Baca juga: Benarkah RUU Omnibus Law Benar-benar Diperlukan untuk Mereformasi Birokrasi?