Inovasi Teknologi Karya Dosen UGM yang Mampu Genjot Budidaya Ikan Wader Pari

701
Populasi ikan wader pari di alam semakin jarang, ditambah reproduksinya hanya berlangsung 1 kali dalam semusim. Foto: Humas UGM
Populasi ikan wader pari di alam semakin jarang, ditambah reproduksinya hanya berlangsung 1 kali dalam semusim. Foto: Humas UGM

KAGAMA.CO, BULAKSUMUR – Dosen sekaligus peneliti dari Fakultas Biologi UGM, Dr. Bambang Retnoaji melakukan inisiasi pengembangan dan implementasi strategi budidaya ikan wader pari.

Pengembangan dan implementasi itu dialakukan dengan memasukkan sentuhan teknologi di dalamnya.

Tujuannya untuk menjaga kelestarian ikan wader sekaligus dapat dimanfaatkan potensi ekonominya.

Hal ini disampaikan Bambang saat jumpa pers, pada Selasa (4/2/2020) di Laboratorium Struktur dan Pengembangan Hewan Fakultas Biologi UGM.

Munculnya ide budidaya ikan wader pari ini berawal dari pengamatan Bambang yang melihat ikan air tawar asli Indonesia itu cukup populer bagi masyarakat tanah air.

Ikan yang memiliki nama latin Rasbora lateristriata ini banyak dikonsumsi sebagai lauk maupun camilan.

Namun, tingginya permintaan pasar terhadap ikan wader ini menjadikannya banyak dieksploitasi secara masif di alam.

Populasi ikan wader pari di alam semakin jarang, ditambah reproduksinya hanya berlangsung 1 kali dalam semusim. Foto: Humas UGM
Populasi ikan wader pari di alam semakin jarang, ditambah reproduksinya hanya berlangsung 1 kali dalam semusim. Foto: Humas UGM

Baca juga: Ada Campur Tangan Gerakan Keagamaan Radikal di Balik Kemerdekaan Indonesia

Sementara eksploitasi terus menerus belum diimbangi upaya konservasi yang tepat sehingga mengancam keberadaan ikan wader yang sudah jarang ditemukan.

“Populasi ikan wader pari di alam semakin jarang, ditambah reproduksinya hanya berlangsung 1 kali dalam semusim,” jelasnya.

Dengan teknologi budidaya ini reproduksi ikan bisa berlangsung 2 minggu sekali.

Bambang menjelaskan pengembangan strategi budidaya ikan wader pari dilakukan sejak tahun 2014 bersama dengan para peneliti UGM yang tergabung dalam Aquatic Research Group.

Pemijahan, pembibitan, dan pembiakan dilakukan di laboratorium.

Selanjutnya budidaya skala massal dilakukan di kolam luar ruangan.

Bambang mengatakan alat yang dikembangkan, khususnya pemijahan dirancang dapat digunakan di dalam maupun luar ruangan dengan kondisi yang bisa diatur.

Baca juga: Pakar UGM Ungkap Cara Penularan Virus Corona yang Kerap Tidak Disadari