UGM Bikin Lidah Elektronik Serba Bisa yang Mampu Deteksi Kehalalan Produk

1034

Baca juga: Sosiolog Kriminal UGM Angkat Bicara Soal Klitih di Yogyakarta

Hal yang menarik dari alat ini selain serba bisa adalah ukurannya yang ringkas, portable, dan mudah dibawa ke mana-mana.

Bahkan, alat ini disebut-sebut sebagai lidah elektronik terkecil yang ada di dunia hingga saat ini.

“Alat lain yang ada dipasaran, produk luar negeri, memiliki dimensi yang besar seukuran meja sehingga tidak bisa dipindah tempatkan dengan mudah. Sedangkan sistem akuisisi data dari ELTO memiliki dimensi hanya 105x73x35 mm,” terang Kuwat.

Untuk cara pengoperasiannya, ELTO tergolong tidak susah untuk digunakan.

Sampel produk yang akan dideteksi cukup dilarutkan atau diseduh dengan air atau alkohol, tergantung sifat sampelnya.

Selanjutnya, ujung larik sensor dicelupkan ke dalam larutan sampel tersebut selama 1-2 menit.

Kemudian, pemrosesan data berbasis kecerdasan buatan dilakukan hingga dengan mudah diambil sebuah kesimpulan atas sampel tersebut.

Baca juga: Agar Laptop Butut Tetap Yahud

“Hasilnya, tidak lebih dari 2 menit sudah bisa dilihat di layar komputer atau perangkat berbasis Android apakah produk tersebut asli atau tidak, halal atau tidak, serta tingkatan kualitas tertentu,” ucap Kuwat, yang menamatkan pendidikan S3 di Kyushu University ini.

Tak hanya cepat, akurasi ELTO tergolong tinggi, yaitu lebih dari 98 persen.

Alat ini juga dapat terkoneksi dengan perangkat berbasis Android, komputer, serta internet.

Karena itu, ELTO dikategorikan alat yang sarat era IoT (Internet of Things). Belum lama ini ELTO telah dikalibrasi dan diverifikasi di salah satu laboratorium universitas yang ada di Braganca Portugal.

Kuwat menargetkan,  ELTO dapat distandardisasi pada tahun 2021 sebelum dikomersialkan secara massal untuk aplikasi tertentu.

“Nanti kalau sudah produksi massal bisa lebih murah lagi. Kalau produk impor itu dipasarkan per unitnya Rp2,5 miliar, maka ELTO hanya kurang Rp25 juta,” ucap Kuwat.

“Ke depan, kami terus kembangkan tidak hanya untuk industri makanan, tetapi juga untuk kepentingan diagnosis medis dan industri farmasi seperti deteksi penggunaan narkoba, tembakau gorila, dan deteksi penyakit, dan lainnya tergantung alat tersebut di-training untuk apa,” pungkas dosen Prodi Fisika UGM ini. (Tsalis)

Baca juga: Ganjar Pranowo Torehkan Prestasi Usai Bawa Jateng Nomor 1 soal Penurunan Kemiskinan