Cara Hemat Agar Cabai Tak Kena Patek di Musim Hujan

25535

Baca juga: Tim KKN-PPM UGM Unit Samboja Diterjunkan, Tantangan Pemberdayaan Masyarakat Ibu Kota Baru

Dia menggunakan Teknik Makanan Beracun (Poisoned Food Technique) untuk melihat seberapa berpengaruhnya simoksanil, mankozeb, dan curxanil 8/64 WP pada tujuh variasi konsentrasi, dalam menghambat pertumbuhan Colletotrichum sp. 

Tujuh variasi konsentrasi itu adalah: 0, 50, 100, 200, 800, 1000, 1500, dan 2000 ppm. Parameter uji ini adalah besarnya diameter koloni jamur yang terbentuk pada hari terakhir.

Dari hasil uji lapangan yang diperoleh, secara umum perkembangan antraknos pada tanaman yang diberi curxanil dapat terkendali hingga di bawah 30%.

Perlakuan dengan hasil terbaik adalah curxanil dengan konsentrasi 0,4 %.

Baca juga: Indonesia Perlu Rombak Birokrasi yang Cocok untuk Kaum Milenial

Pada konsentrasi itu, persentase buah sakitnya ada di angka 2,32, sedangkan persentase kehilangan hasilnya bernilai 1,57.

Adapun untuk pengujian lab, secara umum mankozeb dapat menghambat pertumbuhan koloni Colletotrichum sp, sedangkan simoksanil tidak.

Mankozeb terlihat manjur pada variasi konsentrasi 200 ppm.

Perlakuan terbaik yakni curxanil di seluruh variasi konsentrasi, yang mampu menekan perkembangan koloni hingga 0 cm.

“Campuran simoksanil dan mankozeb meningkatkan toksisitas kedua bahan aktif tersebut terhadap patogen Colletotrichum sp.,dan dapat mengurangi risiko ketahanan jamur pada simoksanil,” tulis Christanti. (Tsalis)

Baca juga: Sejarah Hari Ini: UGM Berubah Status Jadi Badan Hukum Milik Negara