Solusi Pelayanan JKN, Dosen FK-KMK UGM Temukan Teknologi Pengobatan Stroke yang Lebih Manjur dan Terjangkau

514
Penelitian Erna tentang masalah efisiensi pelayanan kesehatan ini, terinspirasi dari almarhum Ayahnya. Foto: Humas UGM
Penelitian Erna tentang masalah efisiensi pelayanan kesehatan ini, terinspirasi dari almarhum Ayahnya. Foto: Humas UGM

KAGAMA.CO, BULAKSUMUR – Pemanfaatan pelayanan kesehatan program Jaminan Kesehatan Masyarakat (JKN), ternyata jauh lebih besar dibandingkan iuran rutin yang harus ditanggung.

Selain itu, jumlah klaim dari fasilitas kesehatan meningkat tajam, sehingga dari tahun ke tahun BPJS selalu alami defisit.

Hal ini terutama disebabkan oleh besarnya biaya pengobatan untuk penyakit katastropik seperti jantung, stroke, kanker, dan gagal ginjal, pasien rujuk balik, obat untuk pasien kronis, obat top up untuk kemoterapi, hemofilia dan thalassemia.

Misalnya, pengobatan untuk penyakit stroke, pelayanan kesehatan yang diberikan kerap kali tidak cost-effective, sehingga memakan biaya yang cukup besar.

Untuk membuktikan cost-effective atau tidaknya pelayanan kesehatan itu, dosen FK-KMK UGM, Prof. Dr. Dra. Erna Kristin, M.Si. Apt, menggunakan Health Technology Assesment (HTA) untuk menilainya.

Dalam pidato pengukuhan guru besarnya yang berjudul Penilaian Teknologi Terapetik (Health Assessment In Therapy) di Era Jaminan Kesehatan Nasional, pada Rabu (11/12/2019) di Balai Senat UGM, dia menjelaskan bahwa HTA atau penilaian teknologi kesehatan adalah evaluasi sistematis terhadap suatu teknologi kesehatan.

“Penilaian teknologi kesehatan dilakukan untuk membantu menginformasikan pemegang kebijakan agar dapat memutuskan apakah suatu teknologi dapat diterapkan dan dimanfaatkan, memiliki luaran baik, serta dengan biaya yang terjangkau,” jelas Erna.

Baca juga: Pemenang Lomba Cipta Citra Batik UGM 2019 Akui Dapat Inspirasi Dua Minggu Saja

Di berbagai negara, kata Erna, HTA menjadi penting dalam menyelaraskan kemanfaatan teknologi kesehatan dengan keterjangkauan pembiayaan dalam sistem pelayanan kesehatan.

Pasca keputusan pemerintah terkait pelaksanaan JKN, Kementerian Kesehatan membentuk Komite Penilaian Teknologi Kesehatan (KPTK).

Komite tersebut mempunyai fungsi yang sama dengan HTA, yaitu melakukan penilaian teknologi kesehatan yang dapat dimasukkan atau harus dikeluarkan dari paket manfaat program JKN, serta memberi rekomendeasi kepada Kemenkes terkait teknologi kesehatan yang cost-effective.

HTA umumnya menggunakan metode Cost Effectiveness Analysis (CEA) atau analisis biaya dan efektivitas.

Metode tersebut menilai seberapa besar biaya yang harus ditambah untuk memperoleh peningkatan luaran atas suatu intervensi dibandingkan intervensi lainnya.

“Untuk menetapkan apakah suatu obat atau intervensi cost-effective atau tidak, memerlukan berbagai pendekatan seperti uji klinik yang relevan, meta-analysis, pelacakan data primer pasien, hingga pengukuran kualitas hidup pasien lewat real setting,” ujar perempuan kelahiran 1955 ini.

Baca juga: Ganjar Pranowo Raih Piala Anggakara Birawa Berkat Sistem Pengaduan Terbuka Provinsi Jateng