Teknologi Pemanfaatan Batu Bara Bersih Belum Berkembang, Mengapa?

1146
Jenis batu bara yang ada di Indonesia, merupakan jenis batu bara kategori peringkat rendah. Foto: istimewa
Jenis batu bara yang ada di Indonesia, merupakan jenis batu bara kategori peringkat rendah. Foto: istimewa

KAGAMA.CO, BULKSUMUR – Dosen Teknik Geologi UGM Dr. Donatus Hendra Amijaya, S.T., M.T., mengungkapkan sumber batu baru di Indonesia sangat melimpah.

Jenis batu bara yang ada di Indonesia, merupakan jenis batu bara kategori peringkat rendah.

Batu bara merupakan sumber energi yang secara ekonomi murah dibanding sumber energi lain, karena dalam pengolahannya cukup diambil kemudian ‘dibakar’.

Namun, sayangnya batu bara memiliki efisiensi energi yang relatif rendah, sehingga untuk mendapatkan energinya kita perlu membakar batu bara dalam jumlah banyak.

“Ini bisa menimbulkan masalah lingkungan jika tidak dihandle dengan benar. Misalnya, pencemaran udara, sampahnya, abunya, dan lain-lain,” jelas Hendra.

Dosen Teknik Geologi UGM Dr. Donatus Hendra Amijaya, S.T., M.T., mengungkapkan sumber batu baru di Indonesia sangat melimpah. Foto: Kinanthi
Dosen Teknik Geologi UGM Dr. Donatus Hendra Amijaya, S.T., M.T., mengungkapkan sumber batu baru di Indonesia sangat melimpah. Foto: Kinanthi

Baca juga: Dapatkan Hasil Maksimal Tanpa Bekerja Berlebihan, Bisa?

Dia mengimbau, perusahaan apapun yang menggunakan komoditas batu bara perlu mencari cara yang efisien.

Artinya, batu bara dapat menghasilkan energi yang banyak, tetapi tidak menimbulkan risiko dampak lingkungan yang terlalu tinggi.

Tetapi, Indonesia dengan kondisi batu bara yang notabene peringkat rendah itu, tidak bisa menghasilkan energi sebanyak dulu.

“Sebab, hasil energi yang banyak itu notabene hanya bisa dipenuhi dengan jenis batu bara kategori peringkat tinggi,” ujarnya.

Untuk menyiasatinya, biasanya perusahaan mencampur batu bara yang ada dengan batu bara lain, misalnya dengan batu bara peringkat tinggi hasil impor, supaya efisiensinya lebih baik.

Baca juga: Rektor Ketujuh UGM Sudah Ramal Kepindahan Ibu Kota Indonesia 18 Tahun Lalu