Rencana Pemindahan dan Pembangunan Ibu Kota Baru Didiskusikan di Belanda

289

Baca juga: Ketika Misuh Diucapkan Lelaki dan Perempuan Jawa Timur

FGD juga menghadirkan ahli Indonesia dari Universitas Leiden, Prof. David E.F. Henley dan Dr. Deden Rukmana dari Alabama A&M University.

Mereka memaparkan sejumlah pandangan dan perspektif dari rencana pemindahan Ibu Kota Negara.

Prof. Henley mengupas mengenai sejarah ibu kota dari masa Hindia Belanda hingga kondisi Jakarta di tahun 2019 ini.

Selain itu dosen Studi Kontemporer Indonesia ini juga memberikan gambaran agar pemindahan ibu kota juga harus disertai dengan pertimbangan matang, termasuk pemikiran mengenai dampak negatif yang mungkin timbul dengan belajar dari pengalaman sejumlah negara yang memindahkan ibu kota.

Sementara Dr. Deden Rukmana menyoroti transformasi Jakarta dan berpandangan bahwa relokasi Ibu Kota Negara hendaknya dirancang dengan matang agar membuka kesempatan yang luas bagi nation building dan terlaksananya pembangunan berkelanjutan.

Seluruh peserta tampak antusias mengikuti paparan dari seluruh narasumber.

Pada sesi tanya jawab diskusi berkembang antara lain seputar masa depan Jakarta pasca pemindahan Ibu Kota Negara.

Baca juga: Alasan-Alasan di Balik Kasus Perceraian

Selain itu juga tentang pertimbangan fasilitas yang ramah lingkungan dan ramah bagi kaum difabel, serta pandangan masyarakat Dayak lebih jauh mengenai rencana pemindahan Ibu Kota Negara.

FGD ini dilatarbelakangi oleh rencana Pemerintah RI untuk memindahkan Ibu Kota Negara dari Jakarta ke Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara di Kalimantan Timur.

Pemerintah mencanangkan dimulainya pembangunan ibu kota pada tahun 2020.

Sebagai tahap awal rencana pemindahan Ibu Kota Negara, saat ini telah berlangsung sayembara desain ibu kota.

Panitia sayembara telah menerima 292 desain dan pemenag desain diharapkan akan dapat diumumkan pada akhir Desember 2019. (KBRI Den Haag)

Baca juga: Respons Presiden Joko Widodo Setelah Mendapat Anugerah Asian of The Year 2019