Rencana Pemindahan dan Pembangunan Ibu Kota Baru Didiskusikan di Belanda

287
KBRI Den Haag didukung oleh Diaspora Indonesia Task Force Livable Cities di Belanda telah menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) mengenai Pemindahan Ibu Kota Negara. Foto: KBRI Den Haag
KBRI Den Haag didukung oleh Diaspora Indonesia Task Force Livable Cities di Belanda telah menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) mengenai Pemindahan Ibu Kota Negara. Foto: KBRI Den Haag

KAGAMA.CO, DEN HAAG – KBRI Den Haag didukung oleh Diaspora Indonesia Task Force Livable Cities di Belanda telah menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) mengenai Pemindahan Ibu Kota Negara, di Delft, pada Senin (2/12/2019).

FGD menghadirkan pembicara-pembicara terkemuka baik yang hadir langsung di Belanda maupun yang memberikan paparan dari Indonesia dan Amerika Serikat melalui Skype.

Dihadiri lebih dari 60 peserta, mereka antusias mengikuti sejumlah paparan yang mengupas berbagai perspektif mengenai rencana pemindahan ibu kota.

Membuka FGD, Dubes RI Den Haag, I Gusti A. Wesaka Puja, menyampaikan harapan adanya berbagai masukan terkait rencana pemindahan Ibu Kota Negara, terutama mengingat banyaknya pengalaman dan juga expertise di Belanda termasuk di kalangan diaspora, di bidang isu tata kota, smart dan sustainable city.

Tak hanya itu, Dubes juga menyampaikan berbagai potensi kerja sama, termasuk investasi pengembangan tata kota di wilayah Ibu Kota Negara baru bagi pengusaha Belanda di berbagai bidang pembangunan infrastruktur.

Di antara para pembicara, hadir Ketua Satgas Perencanaan Pembangunan Infrastruktur Ibu Kota Negara Kementerian PUPR, Ir. Imam Santoso Ernawi, MCM, MSc.

Tidak hanya menyoroti tentang aspek perencanaan kebutuhan lahan, Imam Santoso Ernawi juga menjelaskan tentang visi pembangunan Ibu Kota Negara yang mengedepankan identitas nasional, dan direncanakan akan dibangun sebagai kota yang smart, green, beautiful dan sustainable.

Baca juga: Orkes Keroncong Adigita Gama Sabet Juara I Lomba Grup Keroncong 2019

Imam Santoso Ernawi juga menyampaikan penghargaan kepada KBRI Den Haag yang telah memelopori sosialisasi mengenai pemindahan Ibu Kota Negara kepada publik di luar Indonesia, termasuk kepada instansi pemerintah, kalangan bisnis, diaspora, maupun pelajar di Belanda.

Daliana Suryawinata, arsitek sekaligus salah satu juri Sayembara Desain Ibu Kota Baru menyampaikan berbagai aspek yang akan menjadi pertimbangan pada penjurian Sayembara Desain Ibu Kota Baru, termasuk pentingnya membangun kota yang inklusif.

Sementara itu, Wiwi Tjiook dari IDN Livable Cities dan Marcia van de Vlugt, ahli Spatial Planning dari Kementerian Dalam Negeri Belanda, menyoroti aspek-aspek penting yang dapat dipelajari dari pengalaman Belanda.

Hal tersebut seperti pentingnya menggunakan integrated approach, pemahaman kondisi lansekap, perencanaan yang mencakup visi jangka panjang pengembangan kota serta pentingnya mempertimbangkan aspek climate adaptation dalam rencana pembangunan kota.

Selain aspek tata kota dan lingkungan, perspektif budaya dan keragaman juga menjadi sorotan pembahasan FGD.

Emilius Sudirjo, dari Forum Intelektual Dayak Nasional, menekankan pentingnya perhatian bagi kemajuan masyarakat setempat dan juga untuk mengakomodir budaya-budaya lokal.

Dengan demikian, Ibu Kota Negara baru akan menjadi rumah bersama baik bagi pendatang maupun warga setempat.

Baca juga: Marak Ujaran Kebencian, Apa yang Harus Dilakukan Warganet?