Bambang Hudayana Kembangkan Departemen Antropologi Sejak Mahasiswa

1679

Baca juga: KKN UGM Bakal Rehabilitasi Kawasan Bekas Tambang di Lokasi Ibu Kota Baru

Ikut Kembangkan Perpustakaan Antropologi Sejak Mahasiswa

Di samping itu, Bambang juga aktif berkontribusi mengembangkan Perpustakaan Antropologi.

Bambang mengatakan, perpustakaan ini dikelola oleh mahasiswa.

Sumbangan buku datang dari mahasiswa dan dosen.

Dari yang tadinya hanya dua rak buku, kini jumlah buku Perpustakaan Antropologi sudah mencapai ribuan.

“Ini dikelola mahasiswa secara volunteer, waktu itu Saya yang jadi ketua. Begitu juga ketika sudah menjadi dosen, Saya pimpin agar perpustakaan tersebut lebih terorganisir, sampai membiayai penjaganya dengan kontribusi dari para dosen,” ungkapnya.

Bambang bercerita, pengembangan perpustakaan tersebut masih berlanjut hingga hari ini.

Pengembangan Perpustakaan Antroplogi menjadi salah satu spirit dan upaya untuk mengembangkan Departemen.

”Kami memiliki keterbatasan akses buku dan sumberdaya. Meskipun demikian, ada kegotongroyongan yang kuat di antara para dosen untuk mengembangkan departemen. Mahasiswa dan dosen sama-sama belajar. Kami merasa sudah saling memiliki,” jelasnya.

Baca juga: Jawara Bahasa Korea Ini Jadi Lulusan Terbaik SV UGM

Menginisiasi Penerbitan Buletin Antropologi

Tidak hanya mengembangkan perpustakaan, Bambang bersama kawannya juga menerbitkan Buletin Antropologi.

Bambang selaku redaktur kala itu, sudah menerbitkan buletin sekitar sebelas kali.

Buletin Antropologi dikelola mahasiswa, yang kurang lebihnya memuat artikel-artikel antropologi untuk dimanfaatkan mahasiswa sebagai referensi.

“Tapi buletin ini sudah lama nggak ada. Namun, ini pengalaman yang tak terlupakan. Kita mencoba menghasilkan sebuah jurnal yang mudah diakses dan dipahami mahasiswa. Karena dulu artikel antropologi kebanyakan menggunakan bahasa asing, dari jurnal-jurnal yang biasanya susah diakses,” ujarnya.

Bambang dan kawannya menyadur jurnal-jurnal tersebut, kemudian diterjemahkan kembali ke dalam bahasa yang lebih mudah dipahami mahasiswa.

Pria asal Wonosobo, Jawa Tengah ini lebih banyak aktif dalam berbagai kegiatan akademik.

Bambang semasa kuliah membuat kelompok studi.

Setiap pekan Bambang mengadakan diskusi bersama temannya, misalnya membahas satu buku atau satu tema sosial yang sedang hangat.

Baca juga: Cara Baru Mengolah Biji Kakao; Lebih Cepat, Sehat dan Lezat