Wayang Melakonkan Identitas Diri Penggemarnya

459

Baca juga: Angka Kematian Ibu dan Bayi di Kabupaten Timor Tengah Selatan Masih Tinggi, Mengapa?

Karakter Anoman menginspirasi BN untuk berbagi apa yang dia miliki kepada orang lain, serta sikap disiplin yang diterapkannya dalam melakukan pekerjaannya mengajar gamelan.

Begitu pula pada partisipan kedua yang berinisial RH, 54 tahun.

RH bekerja sebagai seorang guru dan mengaku menyukai wayang sejak kecil.

Berbeda dengan responden pertama, RH lebih mengidolakan sosok Sukrasana.

Sukrasana merupakan wayang yang berwujud kecil dan buruk rupa.

Namun demikian, ada sifat baik yang dapat dicontoh dari Sukrasana.

Menurut RH, Sukrasana memiliki hati yang baik.

Baca juga: Angka Kematian Ibu dan Bayi di Kabupaten Timor Tengah Selatan Masih Tinggi, Mengapa?

Sifat baik itulah yang mendorong RH untuk menjadi orang yang baik.

Perwujudan sifat baik yang diwariskan Sukrasana pada RH adalah menolong orang tanpa pamrih.

Selain itu, dia mencoba mencontoh Sukrasana dalam mencintai orang secara tulus.

Partisipan lain adalah SS, seorang wiraswasta berusia 46 tahun.

Membuka persewaan peralatan pesta, usaha SS dikatakan sering terlilit masalah ketika datang musim hujan.

SS mengungkapkan bahwa sosok idolanya adalah Bima atau Werkudara.

Sosok Bima yang besar, kuat, dan sakti menginspirasi SS untuk terus berjuang.

Dalam penelitiannya, Handoko dan Subandi menemukan bahwa pembentukan identitas diri para penggemar wayang memiliki tiga tema utama.

Tema tersebut yaitu ketertarikan pada tokoh wayang, mencocokkan gambaran diri dengan tokoh, dan penggunaan rasa sebagai jembatan antara diri dan wayang.

Temuan tersebut juga menyimpulkan bahwa wayang dapat digunakan sebagai sarana menemukan identitas diri para penggemarnya. (Ezra)

Baca juga: Film Remaja Jadi Role Model dan Gambaran Masyarakat Indonesia